Senin, 10 Desember 2007
Minggu, 09 Desember 2007
SEJARAH PENEMUAN BOLA VOLLEY
Sejarah Bola Voli
Pada tahun 1895, William C. Morgan, seorang direktur YMCA di Holyke, Massachusetts, menemukan sebuah permainan bernama mintonette dalam usahanya memenuhi keinginan para pengusaha lokal yang menganggap permainan bola basket terlalu menghabiskan tenaga dan kurang menyenangkan. Permainan ini cepat menarik perhatian karena hanya membutuhkan sedikit ketrampilan dasar, mudah dikuasai dalam jangka waktu latihan yang singkat, dan dapat dilakukan oleh pemain dengan berbagai tingkat kebugaran. Permainan aslinya dahulu menggunakan bola yang terbuat dari karet bagian dalam bola basket. Peraturan awalnya membebaskan berapa pun jumlah pemain dalam satu tim. Pada tahun 1896 nama permainan ini diubah oleh Alfred T. Halstead, yang setelah menyaksikan permainan ini, menganggap bahwa bola voli lebihsesuai menjadi nama permainan ini mengingat ciri permainan ini yang dimainkan dengan melambungkan bola sebelum bola tersebut menyentuh tanah (volleying).
Pada tahun 1895, William C. Morgan, seorang direktur YMCA di Holyke, Massachusetts, menemukan sebuah permainan bernama mintonette dalam usahanya memenuhi keinginan para pengusaha lokal yang menganggap permainan bola basket terlalu menghabiskan tenaga dan kurang menyenangkan. Permainan ini cepat menarik perhatian karena hanya membutuhkan sedikit ketrampilan dasar, mudah dikuasai dalam jangka waktu latihan yang singkat, dan dapat dilakukan oleh pemain dengan berbagai tingkat kebugaran. Permainan aslinya dahulu menggunakan bola yang terbuat dari karet bagian dalam bola basket. Peraturan awalnya membebaskan berapa pun jumlah pemain dalam satu tim. Pada tahun 1896 nama permainan ini diubah oleh Alfred T. Halstead, yang setelah menyaksikan permainan ini, menganggap bahwa bola voli lebihsesuai menjadi nama permainan ini mengingat ciri permainan ini yang dimainkan dengan melambungkan bola sebelum bola tersebut menyentuh tanah (volleying).
Jumat, 07 Desember 2007
PERSIAPAN PROFESI GURU PENJAS “PROFESIONALISME GURU”
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Profesi guru adalah termasuk profesi tua di dunia. Pekerjaan mengajar telah ditekuni orang sejak lama. Pada zaman prasejarah proses belajar mengajar berlangsung melalui pengamatan dan dilakukan oleh keluarga.
Profesi guru pada sistem persekolahan mulai berkembang di persada Nusantara pada zaman kolonial. Guru telah ikut berperan dalam pembentukan Negara-Bangsa Indonesia yang memiliki bahasa nasional Bahasa Indonesia. Profesi guru pernah menjadi profesi penting dalam perjalanan bangsa ini dalam menanamkan nasionalisme, menggalang persatuan dan berjuang melawan penjajahan. Sayangnya dalam beberapa dekade yang lalu dan masih berlanjut sampai kini profesi guru dianggap kurang bergengsi dan kinerjanya dinilai belum optimal serta belum memenuhi harapan masyarakat. Akibatnya mutu pendidikan nasional pun dinilai terpuruk. Persoalan guru semakin menjadi persoalan pokok dalam pembangunan pendidikan, disebabkan oleh adanya tuntutan perkembangan masyarakat dan perkembangan global. Hingga kini persoalan guru belum pernah terselesaikan secara tuntas. Persoalan guru di Indonesia adalah terkait dengan masalah-masalah kualifikasi yang rendah, pembinaan yang terpusat, perlindungan profesi yang belum memadai dan persebarannya yang tidak merata sehingga menyebabkan kekurangan guru di beberapa lokasi. Segala persoalan guru tersebut timbul oleh karena adanya berbagai sebab dan masing-masing saling mempengaruhi.
B. RUMUSAN MASALAH
Melihat pendidikan di negara kita yang mutunya masih kurang baik maka pemerintah harus segera memperbaiki agar mutu pendidikan di Indonesia bisa terangkat dan dapat disejajarkan dengan negara asia lainnya. Didalam meningkatkan mutu pendidikan di ndonesia peran guru sangat penting maka sangatlah dibutuhkan para guru-guru yang profesional. Untuk itu, seorang guru harus mampu meningkatkan profesionalismenya sebagai seorang pendidik.Sehingga dapat dirumuskan masalah “Upaya-upaya apakah yang dapat meningkatakan profesionalisme guru “.
C. TUJUAN
Tujuan dari makalah ini adalah sebagai panduan atau dapat juga untuk menambah pengetahuan seorang guru sebagai pendidik tentang bagaimana untuk meningkatkan profesionalisme guru agar dapat menjadi seorang guru yang profesional dan dapat memajukan mutu pendidikan di Indonesia yang saat ini mutunya masih tergolong rendah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Permasalahan Guru di Indonesia
Permasalahan guru di Indonesia tersebut secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan masalah mutu profesionalisme guru yang masih belum memadai. Padahal sudah sangat jelas hal tersebut tidak menentukan mutu pendidikan nasional. Mutu pendidikan nasional yang rendah , salah satu penyebabnya adalah mutu guru yang masih rendah. Permasalahan guru di Indonesia harus diselesaikan scara komprehensif menyangkut semua aspek terkait yaitu kesejahteraan, kualifikasi, pembinaan, perlindungan profesi, dan administrasinya.
Sebenarnya sumber permasalahan pendidikan yang terbesar adalah adanya perubahan, karena itu permasalahan akan senantiasa ada sampai kapanpun. Institusi pendidikan dituntut untuk menyesuaikan dengan perubahan perkambangan yang ada dalam masyarakat. Demikian pula dengan guru, yang senantiasa dituntut untuk menyesuaikan dengan perubahan. Akibatnya demikian banyak permasalahan yang dihadapi oleh guru, karena ketidakmampuannya menyesuaikan perubahan yang terjadi di sekelilingnya sebagai akibat dari keterbatasnnya sebagai individu atau karena keterbatasan kemampuan sekolah dan pemerintah. Jadi masalah pendidikan senantiasa muncul karena adanya tuntutan agar institusi pendidikan termasuk guru menyesuaikan dengan segala perkembangan yang ada dalam masyarakat.
B. Kompetensi Penting Profesi Guru
Profesionalisme guru di bangun melalui penguasaan kompetensi-komptensi yang secara nyata diperlukan dalam menyelesaikan pekerjaan. Kompetensi-kompetensi penting jabatan guru tersebut adalah : kompetensi bidang bidang substansi atau bidang studi, kompetensi bidang pembelajaran, kompetensi bidang pendidikan nilai dan bimbingan serta kompetensi bidang hubungan dan pelayanan / pengabdian masyarakat.
Pengembangan profesionalisme guru meliputi peningkatan kompetensi, peningkatan kerja dan kesejahteraannya. Guru sebagai profesional dituntut untuk senantiasa meningkatkan kemampuan, wawasan dan kreatifitasnya. Masyarakat telah mempercayakan sebagian tugasnya kepada guru. Tugas guru yang diemban dari limpahan tugas masyarakat tersebut antara lain adalah mentransfer kebudayaan dalam arti luas, keterampilan menjalani kehidupan, dan nilai-nilai. Selain itu guru secara mendalam harus terlibat dalam kegiatan maenjelaskan, mendefinisikan, membuktikan, dan mengklarifikasi. Tugasnya sebagai pendidik bukan hanya mentrnsfer pengetahuan , keterampilan dan sikap, tetapi mempersiapkan generasi yang lebih baik di masa depan. Oleh karena itu guru harus memiliki kompetensi dalam membimbing siswa siap menghadapi kehidupan yang sebenarnya dan bahkan mampu memberikan teladan yang baik. Oleh karena itu guru harus siap untuk diuji kompetensinya secara berkala untuk menjamin agar kinerjanya tetap memenuhi syarat profesional yang terus berkembang. Kemampuan-kemampuan yang selama ini harus dikuasai guru juga akan lebih dituntut aktualisasinya. Misalkan kemampuannya dalam :
1. Merencanakan pembelajaran dan merumuskan tujuan.
2. Mengelola kegiatan individu.
3. Menggunakan multi metode dan memanfaatkan media.
4. Berkomunikasi interaktif dengan baik.
5. Memotifasi dan memberikan respons.
6. Melibatkan siswa dalam beraktifiktas.
7. Mengadakan penyesuaian dengan kondisi siswa.
8. Melaksanakan dan mengelola pembelajaran.
9. Memperbaiki dan mengevaluasi pembelajaran.
10. Menguasai materi pelajaran
11. Memberikan bimbingan, berinteraksi dengan sejawat dan bertanggung jawab.
12. Mampu melaksanakan penelitian.
Secara spesifik pelaksanaan tugas guru sehari-hari di kelas seperti membuat siswa berkonsentrasi pada tugas, harus dilanjutkan dengan aktivitas dan tugas tambahan yang tidak kalah pentingnya seperti membahas persoalan pembelajaran dalam rapat guru, mengkomunikasikan hasil belajar siswa dengan orang tua dan mendiskusikan berbagai persoalan pendidikan dan pembelajaran dengan sejawat. Bahkan secara lebih spesifik guru harus dapat memgelola waktu pembelajaran dalam setiap jam pelajaran secara efektif dan efisien. Untuk dapat mengelola pembelajaran seara efektif dan efisien tersebut, guru harus senantiasa meningkatkan keterampilan dasarnya. Menurut Rosenshine dan Stevens ada sembilan keterampilan dasar yang penting harus dikuasai guru adalah keterampilan :
1. Membuka pembelajaran dengan mereview secara singkat pelajaran terdahulu yang terkait dengan pelajaran yang akan disajikan.
2. Menyajikan secara singkat tujuan pembelajaran.
3. Menyajikan materi dalam langkah-langkah kecil dan disertai latihannya masing-masing.
4. Memberikan penjelasan dan keterangan yang jelas dan detail.
5. Memberikan latihan yang berkualitas.
6. Mengajukan pertanyaan dan memberi banyak kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan pemahamannya.
7. Membimbing siswa menguasai keterampilan atau prosedur baru.
8. Meemberikan balikan atau koreksi.
9. Memonitor kemajuan siswa.
Selain itu, tentu saja masih ada keterampilan lain yang harus dikuasai guru mislnya menutup pelajaran dengan baik dengan membuat rangkuman dan memberikan petunjuk tentang tindak lanjut yang harus dilakukan siswa. Singkatnya banyak hal-hal kecil yang harus diperhatikan dan dikuasai oleh guru secara komulatif membentuk suatu keutuhan kemampuan secara profesional yang bisa ditampilkan dalam bentuk kinerja yang optimal. Dalam upaya meningkatkan prfesionalisme guru, maka guru sendiri harus mau membuat penelitian atas kinerjanya sendiri. Jadi, guru harus memperbaiki profesionalismenya sendiri, dan mayarakat membantu mempertajam dan menjadi pendorongnya.
C. Upaya-upaya Guru Meningkatkan Profesionalisme
Peningkatan profesionalisme guru sebenarnya ditentukan oleh seorang guru itu sendiri. Apakah seorang guru tesebut ingin menjadi seorang guru yang profesional atau tidak Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan seorang guru jika ingin meningkatkan keprofesionalisme, yaitu :
1. Memahami standart tuntutan profesi yang ada.
Upaya memahami tuntutan standar profesi yang ada (di Indonesia dan yang berlaku di dunia) harus ditempatkan sebagai prioritas utama jika guru kita ingin meningkatkan Profesionalismenya.Sebab, persaingan global sekarang memungkinkan adanya mobilitas guru secara lintas negara, sebagai profesional seorang guru harus mengikuti tuntutan perkembangan profesi secara global dan tuntutan masyarakat yang menghendaki pelayanan yang lebih baik. Cara satu-satunya untuk memenuhi standar profesi ini adalah dengan belajar secara terus menerus sepanjang hayat, dengan membuka diri yakni mau mau mendengar dan melihat perkembangan baru di bidangnya.
2. Mencapai kualifikasi dan kompetensi yang dipersyaratkan.
Upaya mencapai kualifikasi dan kompetensi yang di persyaratkan juga tidak kalah pentingnya bagi guru. Dengan dipenuhinya kualifikasi dan kompetensi yang memadai maka guru memiliki posisi tawar yang kuat dan memenuhi syarat yang dibutuhkan. Peningkatan kualitas dan kompetensi ini dapat ditempuh melului training, seminar, dan berbagai upaya lain untuk memperoleh sertifikasi.
3. Membangun kesejawatan yang baik dan luas termasuk lewat organisasi profesi.
Upaya membangun hubungan kesejawatan yang baik dan luas dapat dilakukan guru dengan membina jaringan kerja. Guru harus berusaha mengetahui apa yang telah dilkukan oleh sejawatnya yang sukses. Sehingga bisa belajar untuk mencapai sukses yang sama atau bahkan bisa lebih baik lagi. Melalui jaringan kerja inilah guru dapat memperoleh akses terhadap inovasi-inovasi di bidang profesinya.Dalam hal ini juga dapat di bina melalui jaringan kerja yang luas dengan menggunakan tekhnologi komunikasi dan informasi, misal melalui korespondensi dan mungkin melalui internet. Apabila hal ini dilakukan secara intensif akan dapat diperoleh kiat-kiat menjalankan profesi dari sejawat guru di Indonesia bahkan dunia.
4. Mengembangkan etos kerja atau budaya kerja yang mengutamakan pelayanan bermutu tinggi kepada konstituen.
Upaya membangun etos kerja atau budaya kerja yang mengutamakan pelayanan bermutu tinggi kepada konstituen merupakan suatu keharusan di zaman sekarang. Semua bidang dituntut untuk memberikan pelayanan prima. Guru pun harus memberikan pelayanan prima kepada konstituenya yaitu siswa , Orang tua dan sekolah . Terlebih lagi pelayanan pendidikan adalah termasuk pelayanan publik yang di danai, di adakan dikontrol oleh dan untuk kepentingan publik. Oleh karena itu guru harus mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugasnya kepada publik.
5. Mengadopsi inovasi atau mengembangkan kreativitas dalam pemanfaatan tekhnologi komunikasi dan inmormasi mutkhir agar senantiasa tidak keinggalan dalam kemampuannya menggelola pembelajaran.
Satu hal lagi yang dapat diupayakan ntuk peningkatan profesionalisme guru adalah melalui adopsi inovasi atau pengembangan kreatifitas dalam pemanfaatan tekhnologi komunikasi dan informasi mutakhir. Guru dapat memanfaatkan media presentasi komputer dan juga pendekatan-pendekatan baru bidang tekhnologi pendidikan. Upaya-upaya guru untuk meningkatkan profesionalismenya tersebut pada akhirnya memerlukan adanya dukungan dari semua pihak yang terkait agar benar-benar terwujud. Pihak-pihak yang harus memberikan dukunganya tersebut adalah organisasi profesi seperti PGRI, pemerintah dan juga masyarakat.
BAB. III
PENUTUP
A. Kesemipulan
Makalah ringkas ini menyajikan beberapa gagasan tentang berbagai upaya peningkatan profesionalisme guru. Ada beberapa hal yang perlu mendapatkan sorotan utama , yaitu mengenai permasalahan guru di Indonesia, kompetensi penting profesi guru dan upaya-upaya guru meningkatkan profesionalisme. Berdasarkan pembahasan pada makalah ini dapat disimpulkan bahwa peran seorang guru sangat jelas ikut menentukan mutu pendidikan nasional. Mutu Pendidikan Nasional yang rendah, bisa saja salah satu penyebabnya adalah mutu guru yang masih rendah. Untuk itu guru haruslah meningkatkan kemampuan dalam bidangnya agar dapat menjadi seorang pendidik memiliki mutu yang tinggi dan menjadi seorang guru yang profesional agar dapat meningkatkan mutu pendidikan Nasional yang saat ini masih rendah dan menghasilkan generasi penerus bangsa yang bermutu dan berguna bagi Nusa dan Bangsa.
B. Saran-saran
Dalam penulisan makalah ini penulis merasa bahwa makalah ini masih banyak kekuranganya jika digunakan sebagai acuan menjadi seorang guru yang profesional mungkin juga dalam makalah ini masih terdapat kesalahan. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar dapat membuat makalah ini lebih baik dan mendekati sempurna, sehingga dapat membantu para seorang pendidik dalam meningkatkan profesionalismenya sebagai seorang guru.
BAB . IV
DAFTAR PUSTAKA
Pannen. P. dkk ( 1999 ) Cakrawala Pendidikan. Jakarta : Universitas Terbuka.
Purwanto. ( 2000 ). Difusi Inovasi. Jakarta: STIA LAN Press.
MAKALAH
PERSIAPAN PROFESI GURU PENJAS
“PROFESIONALISME GURU”
Disusun oleh :
ARIF KURNIAWAN
05601244045
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2007
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Profesi guru adalah termasuk profesi tua di dunia. Pekerjaan mengajar telah ditekuni orang sejak lama. Pada zaman prasejarah proses belajar mengajar berlangsung melalui pengamatan dan dilakukan oleh keluarga.
Profesi guru pada sistem persekolahan mulai berkembang di persada Nusantara pada zaman kolonial. Guru telah ikut berperan dalam pembentukan Negara-Bangsa Indonesia yang memiliki bahasa nasional Bahasa Indonesia. Profesi guru pernah menjadi profesi penting dalam perjalanan bangsa ini dalam menanamkan nasionalisme, menggalang persatuan dan berjuang melawan penjajahan. Sayangnya dalam beberapa dekade yang lalu dan masih berlanjut sampai kini profesi guru dianggap kurang bergengsi dan kinerjanya dinilai belum optimal serta belum memenuhi harapan masyarakat. Akibatnya mutu pendidikan nasional pun dinilai terpuruk. Persoalan guru semakin menjadi persoalan pokok dalam pembangunan pendidikan, disebabkan oleh adanya tuntutan perkembangan masyarakat dan perkembangan global. Hingga kini persoalan guru belum pernah terselesaikan secara tuntas. Persoalan guru di Indonesia adalah terkait dengan masalah-masalah kualifikasi yang rendah, pembinaan yang terpusat, perlindungan profesi yang belum memadai dan persebarannya yang tidak merata sehingga menyebabkan kekurangan guru di beberapa lokasi. Segala persoalan guru tersebut timbul oleh karena adanya berbagai sebab dan masing-masing saling mempengaruhi.
B. RUMUSAN MASALAH
Melihat pendidikan di negara kita yang mutunya masih kurang baik maka pemerintah harus segera memperbaiki agar mutu pendidikan di Indonesia bisa terangkat dan dapat disejajarkan dengan negara asia lainnya. Didalam meningkatkan mutu pendidikan di ndonesia peran guru sangat penting maka sangatlah dibutuhkan para guru-guru yang profesional. Untuk itu, seorang guru harus mampu meningkatkan profesionalismenya sebagai seorang pendidik.Sehingga dapat dirumuskan masalah “Upaya-upaya apakah yang dapat meningkatakan profesionalisme guru “.
C. TUJUAN
Tujuan dari makalah ini adalah sebagai panduan atau dapat juga untuk menambah pengetahuan seorang guru sebagai pendidik tentang bagaimana untuk meningkatkan profesionalisme guru agar dapat menjadi seorang guru yang profesional dan dapat memajukan mutu pendidikan di Indonesia yang saat ini mutunya masih tergolong rendah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Permasalahan Guru di Indonesia
Permasalahan guru di Indonesia tersebut secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan masalah mutu profesionalisme guru yang masih belum memadai. Padahal sudah sangat jelas hal tersebut tidak menentukan mutu pendidikan nasional. Mutu pendidikan nasional yang rendah , salah satu penyebabnya adalah mutu guru yang masih rendah. Permasalahan guru di Indonesia harus diselesaikan scara komprehensif menyangkut semua aspek terkait yaitu kesejahteraan, kualifikasi, pembinaan, perlindungan profesi, dan administrasinya.
Sebenarnya sumber permasalahan pendidikan yang terbesar adalah adanya perubahan, karena itu permasalahan akan senantiasa ada sampai kapanpun. Institusi pendidikan dituntut untuk menyesuaikan dengan perubahan perkambangan yang ada dalam masyarakat. Demikian pula dengan guru, yang senantiasa dituntut untuk menyesuaikan dengan perubahan. Akibatnya demikian banyak permasalahan yang dihadapi oleh guru, karena ketidakmampuannya menyesuaikan perubahan yang terjadi di sekelilingnya sebagai akibat dari keterbatasnnya sebagai individu atau karena keterbatasan kemampuan sekolah dan pemerintah. Jadi masalah pendidikan senantiasa muncul karena adanya tuntutan agar institusi pendidikan termasuk guru menyesuaikan dengan segala perkembangan yang ada dalam masyarakat.
B. Kompetensi Penting Profesi Guru
Profesionalisme guru di bangun melalui penguasaan kompetensi-komptensi yang secara nyata diperlukan dalam menyelesaikan pekerjaan. Kompetensi-kompetensi penting jabatan guru tersebut adalah : kompetensi bidang bidang substansi atau bidang studi, kompetensi bidang pembelajaran, kompetensi bidang pendidikan nilai dan bimbingan serta kompetensi bidang hubungan dan pelayanan / pengabdian masyarakat.
Pengembangan profesionalisme guru meliputi peningkatan kompetensi, peningkatan kerja dan kesejahteraannya. Guru sebagai profesional dituntut untuk senantiasa meningkatkan kemampuan, wawasan dan kreatifitasnya. Masyarakat telah mempercayakan sebagian tugasnya kepada guru. Tugas guru yang diemban dari limpahan tugas masyarakat tersebut antara lain adalah mentransfer kebudayaan dalam arti luas, keterampilan menjalani kehidupan, dan nilai-nilai. Selain itu guru secara mendalam harus terlibat dalam kegiatan maenjelaskan, mendefinisikan, membuktikan, dan mengklarifikasi. Tugasnya sebagai pendidik bukan hanya mentrnsfer pengetahuan , keterampilan dan sikap, tetapi mempersiapkan generasi yang lebih baik di masa depan. Oleh karena itu guru harus memiliki kompetensi dalam membimbing siswa siap menghadapi kehidupan yang sebenarnya dan bahkan mampu memberikan teladan yang baik. Oleh karena itu guru harus siap untuk diuji kompetensinya secara berkala untuk menjamin agar kinerjanya tetap memenuhi syarat profesional yang terus berkembang. Kemampuan-kemampuan yang selama ini harus dikuasai guru juga akan lebih dituntut aktualisasinya. Misalkan kemampuannya dalam :
1. Merencanakan pembelajaran dan merumuskan tujuan.
2. Mengelola kegiatan individu.
3. Menggunakan multi metode dan memanfaatkan media.
4. Berkomunikasi interaktif dengan baik.
5. Memotifasi dan memberikan respons.
6. Melibatkan siswa dalam beraktifiktas.
7. Mengadakan penyesuaian dengan kondisi siswa.
8. Melaksanakan dan mengelola pembelajaran.
9. Memperbaiki dan mengevaluasi pembelajaran.
10. Menguasai materi pelajaran
11. Memberikan bimbingan, berinteraksi dengan sejawat dan bertanggung jawab.
12. Mampu melaksanakan penelitian.
Secara spesifik pelaksanaan tugas guru sehari-hari di kelas seperti membuat siswa berkonsentrasi pada tugas, harus dilanjutkan dengan aktivitas dan tugas tambahan yang tidak kalah pentingnya seperti membahas persoalan pembelajaran dalam rapat guru, mengkomunikasikan hasil belajar siswa dengan orang tua dan mendiskusikan berbagai persoalan pendidikan dan pembelajaran dengan sejawat. Bahkan secara lebih spesifik guru harus dapat memgelola waktu pembelajaran dalam setiap jam pelajaran secara efektif dan efisien. Untuk dapat mengelola pembelajaran seara efektif dan efisien tersebut, guru harus senantiasa meningkatkan keterampilan dasarnya. Menurut Rosenshine dan Stevens ada sembilan keterampilan dasar yang penting harus dikuasai guru adalah keterampilan :
1. Membuka pembelajaran dengan mereview secara singkat pelajaran terdahulu yang terkait dengan pelajaran yang akan disajikan.
2. Menyajikan secara singkat tujuan pembelajaran.
3. Menyajikan materi dalam langkah-langkah kecil dan disertai latihannya masing-masing.
4. Memberikan penjelasan dan keterangan yang jelas dan detail.
5. Memberikan latihan yang berkualitas.
6. Mengajukan pertanyaan dan memberi banyak kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan pemahamannya.
7. Membimbing siswa menguasai keterampilan atau prosedur baru.
8. Meemberikan balikan atau koreksi.
9. Memonitor kemajuan siswa.
Selain itu, tentu saja masih ada keterampilan lain yang harus dikuasai guru mislnya menutup pelajaran dengan baik dengan membuat rangkuman dan memberikan petunjuk tentang tindak lanjut yang harus dilakukan siswa. Singkatnya banyak hal-hal kecil yang harus diperhatikan dan dikuasai oleh guru secara komulatif membentuk suatu keutuhan kemampuan secara profesional yang bisa ditampilkan dalam bentuk kinerja yang optimal. Dalam upaya meningkatkan prfesionalisme guru, maka guru sendiri harus mau membuat penelitian atas kinerjanya sendiri. Jadi, guru harus memperbaiki profesionalismenya sendiri, dan mayarakat membantu mempertajam dan menjadi pendorongnya.
C. Upaya-upaya Guru Meningkatkan Profesionalisme
Peningkatan profesionalisme guru sebenarnya ditentukan oleh seorang guru itu sendiri. Apakah seorang guru tesebut ingin menjadi seorang guru yang profesional atau tidak Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan seorang guru jika ingin meningkatkan keprofesionalisme, yaitu :
1. Memahami standart tuntutan profesi yang ada.
Upaya memahami tuntutan standar profesi yang ada (di Indonesia dan yang berlaku di dunia) harus ditempatkan sebagai prioritas utama jika guru kita ingin meningkatkan Profesionalismenya.Sebab, persaingan global sekarang memungkinkan adanya mobilitas guru secara lintas negara, sebagai profesional seorang guru harus mengikuti tuntutan perkembangan profesi secara global dan tuntutan masyarakat yang menghendaki pelayanan yang lebih baik. Cara satu-satunya untuk memenuhi standar profesi ini adalah dengan belajar secara terus menerus sepanjang hayat, dengan membuka diri yakni mau mau mendengar dan melihat perkembangan baru di bidangnya.
2. Mencapai kualifikasi dan kompetensi yang dipersyaratkan.
Upaya mencapai kualifikasi dan kompetensi yang di persyaratkan juga tidak kalah pentingnya bagi guru. Dengan dipenuhinya kualifikasi dan kompetensi yang memadai maka guru memiliki posisi tawar yang kuat dan memenuhi syarat yang dibutuhkan. Peningkatan kualitas dan kompetensi ini dapat ditempuh melului training, seminar, dan berbagai upaya lain untuk memperoleh sertifikasi.
3. Membangun kesejawatan yang baik dan luas termasuk lewat organisasi profesi.
Upaya membangun hubungan kesejawatan yang baik dan luas dapat dilakukan guru dengan membina jaringan kerja. Guru harus berusaha mengetahui apa yang telah dilkukan oleh sejawatnya yang sukses. Sehingga bisa belajar untuk mencapai sukses yang sama atau bahkan bisa lebih baik lagi. Melalui jaringan kerja inilah guru dapat memperoleh akses terhadap inovasi-inovasi di bidang profesinya.Dalam hal ini juga dapat di bina melalui jaringan kerja yang luas dengan menggunakan tekhnologi komunikasi dan informasi, misal melalui korespondensi dan mungkin melalui internet. Apabila hal ini dilakukan secara intensif akan dapat diperoleh kiat-kiat menjalankan profesi dari sejawat guru di Indonesia bahkan dunia.
4. Mengembangkan etos kerja atau budaya kerja yang mengutamakan pelayanan bermutu tinggi kepada konstituen.
Upaya membangun etos kerja atau budaya kerja yang mengutamakan pelayanan bermutu tinggi kepada konstituen merupakan suatu keharusan di zaman sekarang. Semua bidang dituntut untuk memberikan pelayanan prima. Guru pun harus memberikan pelayanan prima kepada konstituenya yaitu siswa , Orang tua dan sekolah . Terlebih lagi pelayanan pendidikan adalah termasuk pelayanan publik yang di danai, di adakan dikontrol oleh dan untuk kepentingan publik. Oleh karena itu guru harus mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugasnya kepada publik.
5. Mengadopsi inovasi atau mengembangkan kreativitas dalam pemanfaatan tekhnologi komunikasi dan inmormasi mutkhir agar senantiasa tidak keinggalan dalam kemampuannya menggelola pembelajaran.
Satu hal lagi yang dapat diupayakan ntuk peningkatan profesionalisme guru adalah melalui adopsi inovasi atau pengembangan kreatifitas dalam pemanfaatan tekhnologi komunikasi dan informasi mutakhir. Guru dapat memanfaatkan media presentasi komputer dan juga pendekatan-pendekatan baru bidang tekhnologi pendidikan. Upaya-upaya guru untuk meningkatkan profesionalismenya tersebut pada akhirnya memerlukan adanya dukungan dari semua pihak yang terkait agar benar-benar terwujud. Pihak-pihak yang harus memberikan dukunganya tersebut adalah organisasi profesi seperti PGRI, pemerintah dan juga masyarakat.
BAB. III
PENUTUP
A. Kesemipulan
Makalah ringkas ini menyajikan beberapa gagasan tentang berbagai upaya peningkatan profesionalisme guru. Ada beberapa hal yang perlu mendapatkan sorotan utama , yaitu mengenai permasalahan guru di Indonesia, kompetensi penting profesi guru dan upaya-upaya guru meningkatkan profesionalisme. Berdasarkan pembahasan pada makalah ini dapat disimpulkan bahwa peran seorang guru sangat jelas ikut menentukan mutu pendidikan nasional. Mutu Pendidikan Nasional yang rendah, bisa saja salah satu penyebabnya adalah mutu guru yang masih rendah. Untuk itu guru haruslah meningkatkan kemampuan dalam bidangnya agar dapat menjadi seorang pendidik memiliki mutu yang tinggi dan menjadi seorang guru yang profesional agar dapat meningkatkan mutu pendidikan Nasional yang saat ini masih rendah dan menghasilkan generasi penerus bangsa yang bermutu dan berguna bagi Nusa dan Bangsa.
B. Saran-saran
Dalam penulisan makalah ini penulis merasa bahwa makalah ini masih banyak kekuranganya jika digunakan sebagai acuan menjadi seorang guru yang profesional mungkin juga dalam makalah ini masih terdapat kesalahan. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar dapat membuat makalah ini lebih baik dan mendekati sempurna, sehingga dapat membantu para seorang pendidik dalam meningkatkan profesionalismenya sebagai seorang guru.
BAB . IV
DAFTAR PUSTAKA
Pannen. P. dkk ( 1999 ) Cakrawala Pendidikan. Jakarta : Universitas Terbuka.
Purwanto. ( 2000 ). Difusi Inovasi. Jakarta: STIA LAN Press.
MAKALAH
PERSIAPAN PROFESI GURU PENJAS
“PROFESIONALISME GURU”
Disusun oleh :
ARIF KURNIAWAN
05601244045
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2007
TUGAS LAPORAN INDIVIDU PENJAS ADAPTED PEMBELAJARAN DENGAN ALAT (BOLA SEPAK)
TUGAS LAPORAN INDIVIDU
PENJAS ADAPTED
PEMBELAJARAN DENGAN ALAT
(BOLA SEPAK)
Alat dan fasilitas :
a. Bola sepak sebanyak 1 buah
b. Lapangan 10 x 10 m dan 20 x 10 m
c. Cones 4 buah (gawang)
Pelaksanaan :
1. Pemanasan (5 menit)
a. Lari keliling lapangan sebanyak 4 kali
b. Bermain “Kucing-kucingan”
Aturan Permainan :
1) Siswa dibagi menjadi 2 kelompok. Masing-masing 3 orang sebagai kucing, 6 orang sebagai pengumpan bola.
2) Para pengumpan membentuk formasi lingkaran, salah satu membawa bola.
3) Kucing berada didalam lingkaran (antara para pengumpan), berusaha merebut bola dari para pengumpan.
4) Para pengumpan saling mengumpan bola (boleh berpindah posisi), berusaha agar bola tidak direbut oleh kucing.
5) Jika bola berhasil direbut oleh kucing atau bola keluar dari garis batas lapangan, maka pengumpan yang terakhir memegang bola berganti menjadi kucing. Begitupun sebaliknya dengan kucing.
2. Latihan Inti
a. Passing dan Dribble (10 menit)
Cara melakukan :
1) Siswa dibagi menjadi 2 kelompok, masing-masing saling berhadapan dengan jarak 10 meter.
2) Siswa dari kelompok pertama mendribble bola menuju kearah siswa dari kelompok dua yang ada didepannya.
3) Setelah sampai bola diberikan kepada siswa tersebut, kemudian didribble kembali keposisi siswa yang memberikan tadi.
4) Setelah bola sampai bola diumpan kepada orang kedua pada kelompok dua, kemudian melakukan hal yang sama seperti sebelumnya.
5) Begitupun seterusnya sampai orang terakhir dan kembali lagi pada orang pertama.
b. Permainan Sederhana (20 menit)
Cara dan peraturan :
1) Permainan dilakukan seperti permainan sepakbola sebenarnya.
2) Tidak ada lemparan kedalam, tetapi diganti dengan memassingkan bola pada saat terjadi outball. Cara melakukannya yaitu dengan cara meletakkan bola tepat diatas garis batas lapangan, salah satu tangan memegangi bola, kemudian bola diumpankan kepada rekannya.
3) Tim yang lebih banyak mencetak goal, maka tim itulah yang menang.
Nama : ARIF KURNIAWAN
Nim : 05601244045
Kelas : PJKR-D
TUGAS LAPORAN INDIVIDU
PENJAS ADAPTED
Data denyut nadi saat melakukan aktifitas jasmani
dengan rumus 4-2-4-2-4
Aktifitas Jasmani yang dilakukan :
1. Pemanasan :
Melakukan jogging (lari kecil) keliling lapangan selama 5 menit.
2. Aktifitas inti pertama :
Berjalan, jogging, dan kemudian melakukan sprint (selama 4 menit).
3. Istirahat 2 menit.
4. Aktifitas inti kedua :
Melakukan jogging (lari kecil) keliling lapangan selama 4 menit.
5. Istirahat 2 menit.
6. Aktifitas inti ketiga :
Melakukan lomba sprint secara berpasangan selama 4 menit.
Data Denyut Nadi :
Nama Normal Pemanasan
5 menit Inti
4 menit Istirahat
2 menit Inti
4 menit Istirahat
2 menit Inti
4 menit Istirahat
5 menit
Arif K. 72/menit 84/menit 112/menit 96/menit 102/menit 88/menit 108/menit 72/menit
PENJAS ADAPTED
PEMBELAJARAN DENGAN ALAT
(BOLA SEPAK)
Alat dan fasilitas :
a. Bola sepak sebanyak 1 buah
b. Lapangan 10 x 10 m dan 20 x 10 m
c. Cones 4 buah (gawang)
Pelaksanaan :
1. Pemanasan (5 menit)
a. Lari keliling lapangan sebanyak 4 kali
b. Bermain “Kucing-kucingan”
Aturan Permainan :
1) Siswa dibagi menjadi 2 kelompok. Masing-masing 3 orang sebagai kucing, 6 orang sebagai pengumpan bola.
2) Para pengumpan membentuk formasi lingkaran, salah satu membawa bola.
3) Kucing berada didalam lingkaran (antara para pengumpan), berusaha merebut bola dari para pengumpan.
4) Para pengumpan saling mengumpan bola (boleh berpindah posisi), berusaha agar bola tidak direbut oleh kucing.
5) Jika bola berhasil direbut oleh kucing atau bola keluar dari garis batas lapangan, maka pengumpan yang terakhir memegang bola berganti menjadi kucing. Begitupun sebaliknya dengan kucing.
2. Latihan Inti
a. Passing dan Dribble (10 menit)
Cara melakukan :
1) Siswa dibagi menjadi 2 kelompok, masing-masing saling berhadapan dengan jarak 10 meter.
2) Siswa dari kelompok pertama mendribble bola menuju kearah siswa dari kelompok dua yang ada didepannya.
3) Setelah sampai bola diberikan kepada siswa tersebut, kemudian didribble kembali keposisi siswa yang memberikan tadi.
4) Setelah bola sampai bola diumpan kepada orang kedua pada kelompok dua, kemudian melakukan hal yang sama seperti sebelumnya.
5) Begitupun seterusnya sampai orang terakhir dan kembali lagi pada orang pertama.
b. Permainan Sederhana (20 menit)
Cara dan peraturan :
1) Permainan dilakukan seperti permainan sepakbola sebenarnya.
2) Tidak ada lemparan kedalam, tetapi diganti dengan memassingkan bola pada saat terjadi outball. Cara melakukannya yaitu dengan cara meletakkan bola tepat diatas garis batas lapangan, salah satu tangan memegangi bola, kemudian bola diumpankan kepada rekannya.
3) Tim yang lebih banyak mencetak goal, maka tim itulah yang menang.
Nama : ARIF KURNIAWAN
Nim : 05601244045
Kelas : PJKR-D
TUGAS LAPORAN INDIVIDU
PENJAS ADAPTED
Data denyut nadi saat melakukan aktifitas jasmani
dengan rumus 4-2-4-2-4
Aktifitas Jasmani yang dilakukan :
1. Pemanasan :
Melakukan jogging (lari kecil) keliling lapangan selama 5 menit.
2. Aktifitas inti pertama :
Berjalan, jogging, dan kemudian melakukan sprint (selama 4 menit).
3. Istirahat 2 menit.
4. Aktifitas inti kedua :
Melakukan jogging (lari kecil) keliling lapangan selama 4 menit.
5. Istirahat 2 menit.
6. Aktifitas inti ketiga :
Melakukan lomba sprint secara berpasangan selama 4 menit.
Data Denyut Nadi :
Nama Normal Pemanasan
5 menit Inti
4 menit Istirahat
2 menit Inti
4 menit Istirahat
2 menit Inti
4 menit Istirahat
5 menit
Arif K. 72/menit 84/menit 112/menit 96/menit 102/menit 88/menit 108/menit 72/menit
RESUME SENAM AEROBIK
RESUME SENAM AEROBIK
Senam Aerobik merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kebugaran, banyaknya masyarakat yang memilih senam aerobik sebagai alternative pilihan untuk meningkatkan kebugaran merupakan prestasi tersendiri. Latihan senam aerobik merupakan latihan yang menggerakkan seluruh bagian tubuh, dengan gerakan yang terus-menerus, berirama, maju dan berkelanjutan. Dalam senam aerobik biasa dipilih gerakan yangmudah, menyenangkan dan bervariasi. Sebelum berlatih aerobik harus memeriksakan diri ke dokter agar dapat diketahui apakah ada gangguan dalam tubuh yang akan memperberat bila melakukan senam aerobik. Oleh karena kemampuan dan kondisi setiap individu yang berbeda maka perlu diperhatikan beberapa hal berikut sebelum melakukan senam aerobik.
1. Derajat kesegaran jasmani.
2. Umur.
3. Jenis kelamin, meliputi :
a. Daya tahan
b. Kekuatan otot
c. Kecepatan
d. Ketangkasan
e. Kecepatan reaksi
4. Status kesehatan.
5. Minat berlatih.
6. Waktu dan Fasilitas.
7. Pemahaman musik.
8. Struktur Konstruksi dan Sistem Tubuh Manusia.
Beberapa kategori dalam senam aerobik, antara lain : High Impact, latihan dengan benturan-benturan keras. Latihan ini memungkinkan seseorang mudah terkena cedera. Low Impact atau Soft Impact, latihan dengan benturan-benturan ringan. Non Impact Aerobics, dimana latihannya tanpa ada benturan, gerakannya meliputi uitvaal (memindahkan berat badan), dan navere (gerak ngeper).
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam latihan aerobik yaitu :
1. Tidak berhenti di tengah-tengah latihan yang sedang berlangsung, karena akan mengalami kerugian, antara lain :
a. Mengganggu siklus krebs.
b. Mengubah set point effect.
2. Pakailah sepatu khusus untuk senam aerobik, yaitu dengan bantalan yang lunak di bagian bola kaki dan dengan penguat di bagian samping tumit.
Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun latihan senam aerobik antara lain :
1. Prinsip-prinsip latihan harus diperhatikan, antara lain :
a. Jenis, macam latihan harus diseleksi dan diteliti.
b. Pelaksanaan gerak harus tepat (harus ada koreksi dan remedi).
c. Dilakukan dengan sikap permulaan dan sikap akhir yang benar.
d. Semua latihan mempunyai disis yang sesuai dengan tujuannya.
2. tahap pelaksanaan latihan sesuai dengan tingkat kesukaran menguasai gerak diurutkan sebagai berikut :
a. Setelah menguasai latihan yang lama, kemudian meningkat ke latihan yang baru.
b. Latihan dimulai dari yang mudah ke yang sulit.
c. Latihan dimulai dari yang sederhana ke yang kompleks.
d. Latihan dimulai dari yang ringan ke yang berat (intensif).
3. Sistematika program senam aerobik.
Motto : Use it or lose it
“ kesegaran jasmani tidak dapat dibeli, berlatihlah terus agar tetap fit”.
Dalam senam aerobik dibagi dalam fase-fase sebagai berikut :
Fase I Latihan Pemanasan (Warming Up)
Fungsi dari latihan pemanasan :
a. Menyiapkan tubuh menghadapi latihan yang lebih intensif.
b. Menjaga tubuh dari kemungkinan cedera yang berbahaya.
c. Menunjang penampilan fisik dan kesemaptaan.
Sifat latihan :
a. Mudah dilakukan.
b. Sederhana/sudah dikenal.
c. Lincah.
d. Menyenangkan dan menggembirakan.
e. Menyeluruh.
f. Musik ringan, maat 2/4 - 4/4 irama tetap.
g. Waktu antara 8-9 menit.
Geraka meliputi :
a. Pelemasan.
b. Pemanasan pada sendi.
c. Stimulan pada paru-paru dan jantung.
d. Peregangan pendek.
Fase II Aerobik
Pada latihan ini sudah menujuke puncak latihan (training zone), dimana kerja jantung, paru-paru dan seluruh faal tubuh dan otot diharapkan sudah pada titik optimal, sesuai dengan kemampuan., pada fase ini intensitas latihan tinggi.
Frekuensi latihan adalah ulangan latihan yang dilakukan dalam jangka waktu 1 minggu. Intensitas yang ideal yaitu 3 X seminggu sebagai frekuensi optimal. Frekuensi latihan mempunyai hubungan dengan intensitas dan lamanya tiap latihan. Makin tinggi intensitas latihan dan semakin lama tiap latihan maka frekuensi perminggu makin sedikit.
Lama latihan mempunyai hubungan terbalik dengan intensitas. Bila intensitas makin tinggi maka lama latihan lebih singkat dan sebaliknya. Untuk mendapatkan efek yang baik dari suetu latihan, tanpa resiko bahay/trauma. lama latihan 15-25 menit setiap hari.
Fase III Latihan Kekuatan Otot dan Daya Tahan (Muscullar Strength and Endurance)
Kekuatan Otot (Muscullar Strength) menggambarkan konstraksi maksimal yang dihasilkan oleh otot atau sekelompok otot.
Daya Tahan (Endurance) menyatakan keadaan yang menekankan pada kapasitas melakukan kerja secara terus menerus dalam suasana aerobik.
Fase IV Kelenturan (Fleksibility)
Kelenturan menyatakan kemungkinan gerak maksimal yang dapat dilakukan oleh suatu persendian. Yang meliputi hubungan antara persendian (tulang yang membentuk sendi), otot, tendo, dan ligament.
Fase V Penenangan (Cooling Down)
Usaha menurunkan kondisi tubuh dari kerja dengan intensitas yang tinggi secar bertahap dan teratur kondisi kembali ke keadaan seperti semula. Waktu yang dibutuhkan antara 5-10 menit sesuai dengan kebutuhan masing-masing individu. Tujuan dari Cooling Down sendiri adalah :
a. Menurunkan kerja jantung/denyut nadi.
b. Mencegah terhentinya aliran darah secara mendadak.
c. Mencegah pemborosan penggunaan tenaga.
Cooling down yang baik adalah dengan tetap melakukan kegiatan fisik dengan intensitas yang paling rendah, diiringi musik yang nyaman yaitu musik dengan maat ¾ atau 4/4 lambat.
Senam Aerobik merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kebugaran, banyaknya masyarakat yang memilih senam aerobik sebagai alternative pilihan untuk meningkatkan kebugaran merupakan prestasi tersendiri. Latihan senam aerobik merupakan latihan yang menggerakkan seluruh bagian tubuh, dengan gerakan yang terus-menerus, berirama, maju dan berkelanjutan. Dalam senam aerobik biasa dipilih gerakan yangmudah, menyenangkan dan bervariasi. Sebelum berlatih aerobik harus memeriksakan diri ke dokter agar dapat diketahui apakah ada gangguan dalam tubuh yang akan memperberat bila melakukan senam aerobik. Oleh karena kemampuan dan kondisi setiap individu yang berbeda maka perlu diperhatikan beberapa hal berikut sebelum melakukan senam aerobik.
1. Derajat kesegaran jasmani.
2. Umur.
3. Jenis kelamin, meliputi :
a. Daya tahan
b. Kekuatan otot
c. Kecepatan
d. Ketangkasan
e. Kecepatan reaksi
4. Status kesehatan.
5. Minat berlatih.
6. Waktu dan Fasilitas.
7. Pemahaman musik.
8. Struktur Konstruksi dan Sistem Tubuh Manusia.
Beberapa kategori dalam senam aerobik, antara lain : High Impact, latihan dengan benturan-benturan keras. Latihan ini memungkinkan seseorang mudah terkena cedera. Low Impact atau Soft Impact, latihan dengan benturan-benturan ringan. Non Impact Aerobics, dimana latihannya tanpa ada benturan, gerakannya meliputi uitvaal (memindahkan berat badan), dan navere (gerak ngeper).
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam latihan aerobik yaitu :
1. Tidak berhenti di tengah-tengah latihan yang sedang berlangsung, karena akan mengalami kerugian, antara lain :
a. Mengganggu siklus krebs.
b. Mengubah set point effect.
2. Pakailah sepatu khusus untuk senam aerobik, yaitu dengan bantalan yang lunak di bagian bola kaki dan dengan penguat di bagian samping tumit.
Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun latihan senam aerobik antara lain :
1. Prinsip-prinsip latihan harus diperhatikan, antara lain :
a. Jenis, macam latihan harus diseleksi dan diteliti.
b. Pelaksanaan gerak harus tepat (harus ada koreksi dan remedi).
c. Dilakukan dengan sikap permulaan dan sikap akhir yang benar.
d. Semua latihan mempunyai disis yang sesuai dengan tujuannya.
2. tahap pelaksanaan latihan sesuai dengan tingkat kesukaran menguasai gerak diurutkan sebagai berikut :
a. Setelah menguasai latihan yang lama, kemudian meningkat ke latihan yang baru.
b. Latihan dimulai dari yang mudah ke yang sulit.
c. Latihan dimulai dari yang sederhana ke yang kompleks.
d. Latihan dimulai dari yang ringan ke yang berat (intensif).
3. Sistematika program senam aerobik.
Motto : Use it or lose it
“ kesegaran jasmani tidak dapat dibeli, berlatihlah terus agar tetap fit”.
Dalam senam aerobik dibagi dalam fase-fase sebagai berikut :
Fase I Latihan Pemanasan (Warming Up)
Fungsi dari latihan pemanasan :
a. Menyiapkan tubuh menghadapi latihan yang lebih intensif.
b. Menjaga tubuh dari kemungkinan cedera yang berbahaya.
c. Menunjang penampilan fisik dan kesemaptaan.
Sifat latihan :
a. Mudah dilakukan.
b. Sederhana/sudah dikenal.
c. Lincah.
d. Menyenangkan dan menggembirakan.
e. Menyeluruh.
f. Musik ringan, maat 2/4 - 4/4 irama tetap.
g. Waktu antara 8-9 menit.
Geraka meliputi :
a. Pelemasan.
b. Pemanasan pada sendi.
c. Stimulan pada paru-paru dan jantung.
d. Peregangan pendek.
Fase II Aerobik
Pada latihan ini sudah menujuke puncak latihan (training zone), dimana kerja jantung, paru-paru dan seluruh faal tubuh dan otot diharapkan sudah pada titik optimal, sesuai dengan kemampuan., pada fase ini intensitas latihan tinggi.
Frekuensi latihan adalah ulangan latihan yang dilakukan dalam jangka waktu 1 minggu. Intensitas yang ideal yaitu 3 X seminggu sebagai frekuensi optimal. Frekuensi latihan mempunyai hubungan dengan intensitas dan lamanya tiap latihan. Makin tinggi intensitas latihan dan semakin lama tiap latihan maka frekuensi perminggu makin sedikit.
Lama latihan mempunyai hubungan terbalik dengan intensitas. Bila intensitas makin tinggi maka lama latihan lebih singkat dan sebaliknya. Untuk mendapatkan efek yang baik dari suetu latihan, tanpa resiko bahay/trauma. lama latihan 15-25 menit setiap hari.
Fase III Latihan Kekuatan Otot dan Daya Tahan (Muscullar Strength and Endurance)
Kekuatan Otot (Muscullar Strength) menggambarkan konstraksi maksimal yang dihasilkan oleh otot atau sekelompok otot.
Daya Tahan (Endurance) menyatakan keadaan yang menekankan pada kapasitas melakukan kerja secara terus menerus dalam suasana aerobik.
Fase IV Kelenturan (Fleksibility)
Kelenturan menyatakan kemungkinan gerak maksimal yang dapat dilakukan oleh suatu persendian. Yang meliputi hubungan antara persendian (tulang yang membentuk sendi), otot, tendo, dan ligament.
Fase V Penenangan (Cooling Down)
Usaha menurunkan kondisi tubuh dari kerja dengan intensitas yang tinggi secar bertahap dan teratur kondisi kembali ke keadaan seperti semula. Waktu yang dibutuhkan antara 5-10 menit sesuai dengan kebutuhan masing-masing individu. Tujuan dari Cooling Down sendiri adalah :
a. Menurunkan kerja jantung/denyut nadi.
b. Mencegah terhentinya aliran darah secara mendadak.
c. Mencegah pemborosan penggunaan tenaga.
Cooling down yang baik adalah dengan tetap melakukan kegiatan fisik dengan intensitas yang paling rendah, diiringi musik yang nyaman yaitu musik dengan maat ¾ atau 4/4 lambat.
PERANAN GURU PENDIDIKAN JASMANI SEBAGAI PENGGERAK OLAHRAGA DI DALAM MASYARAKAT
PERANAN GURU PENDIDIKAN JASMANI SEBAGAI PENGGERAK OLAHRAGA
DI DALAM MASYARAKAT
1. Dalam melaksanakan pengabdian pada masyarakat sebagai tenaga penggerak olahraga, guru pendidikan jasmani dapat memegang peranan diantaranya :
Motivator
Seorang guru pendidikan jasmani harus mampu memberikan dorongan-dorongan kepada warga masyarakat agar mau melakukan aktivitas olahraga.
Organisator
Seorang guru pendidikan jasmani harus mampu mengorganisasi waga masyarakat yang akan ikut berpartisipasi dalam kegiatan olahraga agar kegiatan tersebut dapat berjalan dengan baik, tertib dan lancar.
Sumber belajar
Seorang guru pendidikan jasmani diharapkan dapat menjadi panutan masyarakat, khususnya dalam bidang olahraga itu sendiri.
2. Usaha guru pendidikan jasmani dalam melaksanakan peranan sebagai tenaga penggerak olahraga :
Usaha guru pendidikan jasmani dalam melaksanakan peranan sebagai motivator, agar warga masyarakat mau melaksanakan aktifitas-aktifitas olahraga adalah dengan jalan membangkitkan motif warga. Berikan penjelasan sejelas-jelasnya tentang manfaat olah raga, misalnya dengan berolahraga badan menjadi sehat, daya tahan tubuh baik, pekerjaan lebih produktif dan lain sebagainya. Cara penyampaiannya adalah :
a) Melalui tokoh-tokoh masyarakat
b) Melalui tatap muka secara langsung. Baik secara perorangan maupun secara masal
Usaha guru pendidikan jasmani dalam melaksanakan peranan sebagai organisator adalah dengan cara :
a) Mengorganisasi warga masyarakat kedalam beberapa kelompok olahraga sesuai dengan kegemaran dan keinginannya masing-masing.
b) Membentuk susunan pengurus pada masing-masing kelompok olahraga tersebut .
Usaha guru pendidikan jasmani dalam melaksanakan peranan sebagai sumber belajar adalah dengan :
a) Bekerjasama dengan penilik keolahragaan di kecamatan.
b) Bekerjasama dengan instansi-instansi terkait dalam bidang olahraga.
DI DALAM MASYARAKAT
1. Dalam melaksanakan pengabdian pada masyarakat sebagai tenaga penggerak olahraga, guru pendidikan jasmani dapat memegang peranan diantaranya :
Motivator
Seorang guru pendidikan jasmani harus mampu memberikan dorongan-dorongan kepada warga masyarakat agar mau melakukan aktivitas olahraga.
Organisator
Seorang guru pendidikan jasmani harus mampu mengorganisasi waga masyarakat yang akan ikut berpartisipasi dalam kegiatan olahraga agar kegiatan tersebut dapat berjalan dengan baik, tertib dan lancar.
Sumber belajar
Seorang guru pendidikan jasmani diharapkan dapat menjadi panutan masyarakat, khususnya dalam bidang olahraga itu sendiri.
2. Usaha guru pendidikan jasmani dalam melaksanakan peranan sebagai tenaga penggerak olahraga :
Usaha guru pendidikan jasmani dalam melaksanakan peranan sebagai motivator, agar warga masyarakat mau melaksanakan aktifitas-aktifitas olahraga adalah dengan jalan membangkitkan motif warga. Berikan penjelasan sejelas-jelasnya tentang manfaat olah raga, misalnya dengan berolahraga badan menjadi sehat, daya tahan tubuh baik, pekerjaan lebih produktif dan lain sebagainya. Cara penyampaiannya adalah :
a) Melalui tokoh-tokoh masyarakat
b) Melalui tatap muka secara langsung. Baik secara perorangan maupun secara masal
Usaha guru pendidikan jasmani dalam melaksanakan peranan sebagai organisator adalah dengan cara :
a) Mengorganisasi warga masyarakat kedalam beberapa kelompok olahraga sesuai dengan kegemaran dan keinginannya masing-masing.
b) Membentuk susunan pengurus pada masing-masing kelompok olahraga tersebut .
Usaha guru pendidikan jasmani dalam melaksanakan peranan sebagai sumber belajar adalah dengan :
a) Bekerjasama dengan penilik keolahragaan di kecamatan.
b) Bekerjasama dengan instansi-instansi terkait dalam bidang olahraga.
POPULASI PENELITIAN
POPULASI
Pengertian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek dan subyek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dankemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,1997 : 57)
Menurut Nawawi (1985 : 141) pengertian dari populasi itu adalah totalitas semua nilai yang mungkin, baik hasil menghitung maupun pengukuran kuantitatif maupun kualitatif dari pada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap.
Dari kedua pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa populasi adalah objek maupun subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu dengan masalah penelitian.
Jenis Populasi
Ada dua macam jenis populasi, yaitu populasi terbatas dan populasi tidak terbatas (tak terhingga).
1) Populasi Terbatas
Populasi terbatas mempunyai sumber data yang jelas batasnya secara kuantitatif sehingga dapat dihitung jumlahnya.
Contoh :
a. Jumlah penduduk kota Bandung 2.500.000 jiwa.
b. Jumlah 1000 guru SD di Yogyakarta mengikuti prajabatan.
2) Populasi Tak Terbatas
Populasi tak terbatas yaitu sumber datanya tak dapat ditentukan batas-batasnya sehingga relatif tidak dapat dapat dinyatakan dalam bentuk jumlah.
Contoh :
Suatu percobaan seorang bandar akan melemparkan sepasang dadu sampai tak terhingga kali lemparannya. Maka setiap kali mencatat sepasang bilangan yang muncul akan mendapatkan sepasang nilai yang tak terhingga pula.
Berdasarkan sifatnya populasi dapat digolongkan menjadi populasi homogen dan populasi heterogen.
a. Populasi homogen
Populasi homogen adalah sumber data yang unsurnya memiliki sifat atau keadaan yang sama sehingga tidak perlu mempermasalahkan jumlahnya secara kuantitatif.
b. Populasi heterogen
Populasi heterogen adalah sumber data yang unsurnya memiliki sifat atau keadaan yang berbeda (bervariasi) sehingga perlu ditetapkan batas-batasnya baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif.
Dalam melaksanakan penelitian, walaupun tersedia populasi yang terbatas dan homogen , ada kalanya peneliti tidak melakukan pengumpulan data secara populasi. Tetapi mengambil sebagian dari populasi yang dianggap mewakili populasi (representative).
Hal ini berdasar pertimbangan yang logis, seperti kepraktisan, keterbatasan biaya, waktu, tenaga dan adanya percobaan yang bersifat merusak (destruktif).
Pengertian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek dan subyek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dankemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,1997 : 57)
Menurut Nawawi (1985 : 141) pengertian dari populasi itu adalah totalitas semua nilai yang mungkin, baik hasil menghitung maupun pengukuran kuantitatif maupun kualitatif dari pada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap.
Dari kedua pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa populasi adalah objek maupun subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu dengan masalah penelitian.
Jenis Populasi
Ada dua macam jenis populasi, yaitu populasi terbatas dan populasi tidak terbatas (tak terhingga).
1) Populasi Terbatas
Populasi terbatas mempunyai sumber data yang jelas batasnya secara kuantitatif sehingga dapat dihitung jumlahnya.
Contoh :
a. Jumlah penduduk kota Bandung 2.500.000 jiwa.
b. Jumlah 1000 guru SD di Yogyakarta mengikuti prajabatan.
2) Populasi Tak Terbatas
Populasi tak terbatas yaitu sumber datanya tak dapat ditentukan batas-batasnya sehingga relatif tidak dapat dapat dinyatakan dalam bentuk jumlah.
Contoh :
Suatu percobaan seorang bandar akan melemparkan sepasang dadu sampai tak terhingga kali lemparannya. Maka setiap kali mencatat sepasang bilangan yang muncul akan mendapatkan sepasang nilai yang tak terhingga pula.
Berdasarkan sifatnya populasi dapat digolongkan menjadi populasi homogen dan populasi heterogen.
a. Populasi homogen
Populasi homogen adalah sumber data yang unsurnya memiliki sifat atau keadaan yang sama sehingga tidak perlu mempermasalahkan jumlahnya secara kuantitatif.
b. Populasi heterogen
Populasi heterogen adalah sumber data yang unsurnya memiliki sifat atau keadaan yang berbeda (bervariasi) sehingga perlu ditetapkan batas-batasnya baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif.
Dalam melaksanakan penelitian, walaupun tersedia populasi yang terbatas dan homogen , ada kalanya peneliti tidak melakukan pengumpulan data secara populasi. Tetapi mengambil sebagian dari populasi yang dianggap mewakili populasi (representative).
Hal ini berdasar pertimbangan yang logis, seperti kepraktisan, keterbatasan biaya, waktu, tenaga dan adanya percobaan yang bersifat merusak (destruktif).
Olah Raga Masih Cari Identitas
Olah Raga Masih Cari Identitas
SEJAK Direktorat Jenderal Olah Raga didirikan pada tahun 2001 di bawah Departemen Pendidikan Nasional, selama 4 tahun terakhir ini yang diupayakan ialah menata sistem pembinaan keolahragaan nasional. Penataan itu mencakup subsistem pendidikan jasmani (pendidikan olah raga), olah raga masyarakat (rekreasi) dan olah raga kompetitif untuk tujuan berprestasi. Ketiganya menyatu sebagai sebuah kesatuan.
Penataan dimaksudkan agar dapat dicapai manfaat yang optimal bagi segenap warga sesuai pesan Piagam Internasional Pendidikan Jasmani dan Olah Raga yang dideklarasikan oleh UNESCO, tahun 1978 di Paris. Piagam itu mengisyaratkan pendidikan jasmani dan olah raga sebagai hak asasi yang fundamental bagi setiap orang.
Jika diurut secara saksama, tujuan akhir pembinaan olah raga itu tidak lain untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Karena itu, Direktorat Jenderal Olah Raga sebagai institusi pemerintah bertanggung jawab untuk membangun sebuah tatanan berdasarkan analisis tentang beberapa komponen dari kesisteman yang perlu diatur sebaik-baiknya.
Manakala eksistensinya akan diganti kembali oleh Menteri Pemuda dan Olah Raga yang notabene bertanggung jawab untuk mengoordinasi dan merumuskan kebijakan umum nasional, pertanyaannya ialah apa strategi utama dan kemudian tujuan yang ingin dicapai dalam pembinaan olah raga?
Kita tak akan bergeser dari komitmen lama untuk menempatkan olah raga sebagai bagian integral dari pembangunan. Dengan demikian, olah raga ditempatkan bukan sekadar merespons tuntutan perubahan sosial, ekonomi, dan budaya, tetapi ikut bertanggung jawab untuk memberikan arah perubahan yang diharapkan.
Keteguhan terhadap komitmen tersebut didukung oleh begitu banyak fakta dan pengalaman bahwa olah raga yang dikelola dan dibina dengan baik akan mendatangkan banyak manfaat bagi warga masyarakat. Seperangkat nilai dan manfaat dari aspek sosial, kesehatan, ekonomi, psikologis dan pedagogis merupakan landasan yang kuat untuk mengklaim bahwa olah raga merupakan instrumen yang ampuh untuk melaksanakan pembangunan yang seimbang antara material, mental, dan spiritual.
Dari aspek sosial diakui bahwa olah raga merupakan sebuah aktivitas yang unik karena sangat potensial untuk memperkuat integrasi sosial. Secara bertahap dan bersusun dari unit kecil (misalnya, klub), komitmen emosional pada satu tujuan bersama dapat meningkat ke tingkat komunitas, masyarakat sebuah daerah hingga ke jenjang nasional. Itulah sebabnya olah raga, seperti yang sering kita alami dalam olah raga kompetitif, dipandang ampuh untuk membangun persatuan dan kesatuan nasional.
**
ANCAMAN yang dibangkitkan oleh gaya hidup pasif, mendatangkan persoalan yang sangat merugikan kehidupan manusia dengan aneka bentuk penyakit degeneratif, penyakit kurang gerak. Obesitas, alias kegemukan, sudah menjadi sebuah masalah internasional dengan rangkaian akibat yang terkait langsung seperti terserang penyakit jantung koroner, diabetes melitus, kolesterol tinggi, dan lain yang sejenis.
Olah raga dan kesehatan memiliki kaitan langsung dengan ekonomi. Kita dapat belajar dari pengalaman Australia. Di sana, kesehatan dan olah raga sudah mengakar. Setiap peningkatan partisipasi penduduk dalam berolah raga hingga 5% akan mengurangi anggaran perawatan kesehatan sebesar 439 juta dolar. Secara umum pernah diungkapkan oleh sebuah riset, bahwa investasi sebesar 1 dolar untuk aktivitas jasmani atau olah raga akan menghemat biaya perawatan kesehatan sebesar 3,2 dolar.
Dari aspek kejiwaan, olah raga atau aktivitas jasmani yang dilakukan hingga intensitas memadai, moderat, sangat efektif sebagai wahana untuk meningkatkan ketahanan terhadap stres dan menanggulangi depresi. Dari aspek ekonomi, data yang diperoleh misalnya dari Korea dan Australia menunjukkan prospek olah raga yang sangat positif untuk ikut serta meningkatkan ekonomi melalui beberapa segmen industri olah raga, di antaranya peralatan dan perlengkapan serta konstruksi fasilitas olah raga.
Melalui pendekatan pembelajaran keterampilan taktis misalnya, diketahui bahwa pendidikan jasmani dan olah raga efektif untuk membina keterampilan berpikir kritis dan kreatif. Karena itu, para peneliti sampai pada kesimpulan bahwa aktivitas jasmani atau olah raga sangat bermanfaat untuk memupuk kemampuan memecahkan masalah.
Tentunya kita sepaham bahwa pendidikan jasmani merupakan peletak dasar untuk segala aspek meliputi fisik, mental, intelektual, sosial, dan emosional spiritual. Kecakapan berolah raga di sepanjang hayat untuk mengisi waktu luang dengan kegiatan yang bermanfaat, memerlukan pembekalan keterampilan sejak awal. Kita dapat menilai seberapa jauh kultur olah raga sudah berkembang di suatu masyarakat atau negara bergantung pada kebiasaan mengisi waktu luang dengan aktivitas jasmani secara aktif. Dalam kaitan ini maka antara olah raga masyarakat (rekreasi), selalu ada interaksi dengan olah raga kompetitif-prestasi dalam suasana saling mendukung dan menunjang.
Dengan berdirinya Menpora sekarang ini, kegiatan utama yang perlu dilaksanakan ialah memperkuat kesisteman yang sudah dirintis dalam sejumlah wilayah kunci yang menjadi fokus pemecahan. Karena itu, sangat dibutuhkan sebuah dokumen yang kukuh tentang "Arah Strategis dan Manajemen Pembangunan Keolahragaan Nasional", yang kemudian berfungsi sebagai pemberi arah dan sekaligus sebagai alat untuk memantau perubahan dan perkembangan program.
Dalam pengembangan rencana strategis, perlu diperhatikan beberapa kaidah seperti prinsip inklusif yang menekankan keikutsertaan semua warga masyarakat melalui pemberian kesempatan dan akses untuk berolah raga. Perlu diupayakan lingkungan yang sehat dan aman, layanan yang mudah diperoleh, manajemen yang transparan, dan akuntabel serta penerapan sistem pengukuh berupa penghargaan dan penciptaan rasa aman di kalangan pelatih dan atlet.
Komitmen untuk melaksanakan dan menyepakati arah strategis pembangunan keolahragaan nasional itu diperkuat oleh komunikasi dan koordinasi, selain mesti terjamin sisi keberlanjutannya.
**
BERDASARKAN paparan singkat itu sangat jelas bahwa subsistem pendidikan jasmani atau olah raga pelajar/mahasiswa tidak boleh terbengkalai pembinaannya dan termasuk ke dalam kebijakan umum. Olah raga masyarakat (rekreasi) merupakan kegiatan "penyedap" dan penggairah dalam rangka membangun kembali vitalitas hidup. Kegiatan itu ikut serta membangun sebuah mood kejiwaan yang sehat.
Sama sekali tak dapat diabaikan perkembangan dan trend olah raga kompetitif untuk berprestasi meskipun ada ayunan perubahan yang mengarah kepada perolehan keuntungan yang bersifat material; ada pergeseran dari amateur ke profesional, paling tidak di tubuh Komite Olimpiade Internasional (IOC) yang dirintis semasa kepemimpinan Presiden IOC, Juan Antonio Samaranch.
Banyak negara, meski dengan jumlah penduduk sedikit, mampu berprestasi dalam olah raga, seperti yang diraih oleh Australia dalam Olimpiade Sydney 2000 dan Olimpiade Athena 2004. Jawabannya, sebagian karena faktor penentu berupa tingkat kepuasan hidup. Kemerosotan Rusia misalnya, lebih banyak karena keterbatasan dana untuk mengoperasionalkan sistem. Mereka bisa sekadar bertahan untuk memelihara sistem yang sudah mantap, tetapi sukar untuk mencapai hasil optimal karena faktor ekonomi.
Mungkin tanpa kita sadari, pada tataran lingkungan yang lebih luas ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap arah, isi dan bahkan cara mengelola olah raga. Sistem politik mempengaruhi model pembinaan dan institusi yang menanganinya. Sistem ekonomi memengaruhi struktur pembiayaan yang terkait dengan kemampuan kita mempertahankan kesinambungan sistem. Struktur pendidikan memengaruhi seberapa banyak peluang dan keterlaksanaan pendidikan jasmani yang menjadi dasar bagi perkembangan olah raga.
Jumlah penduduk berpengaruh terhadap jumlah anak dan kaum muda sebagai calon olah ragawan sehingga penduduk yang besar seperti di Indonesia merupakan sebuah aset yang luar biasa nilainya. Jadi dibutuhkan upaya, seiring dengan pendidikan, untuk mengubah faktor penduduk bukan sebagai beban tetapi sebagai modal. Tanpa aspirasi yang kental terhadap olah raga, maka suatu daerah sulit berkembang dalam olah raga.
Seberapa efektif mekanisme penelusuran dan promosi bakat telah dilaksanakan yang berarti kegiatan di klub usia dini dan olah raga di sekolahan merupakan tempat menyemai bibit-bibit. Komponen itu akan berkembang subur bila didukung oleh komponen pelatihan yang semakin membaik, seperti halnya struktur kompetisi yang semakin kuat ditinjau dari volume atau kekerapan pelaksanaan, termasuk kualitasnya.
Namun demikian, unsur pelatih termasuk kualifikasinya sangat menentukan. Pelatihan yang berbasis pengetahuan dan teknologi merupakan alternatif yang tak bisa ditawar-tawar. Adalah sebuah mimpi untuk tetap mempertahankan hegemoni (misalnya di kawasan ASEAN) atau menerobos prestasi olimpiade tanpa pelatih yang andal dan dukungan lab beserta para ahli pendukung terkait seperti biomekanika dan psikologi olah raga, selain aspek sport medicine.
Dari sisi struktur venues atau sarana dan prasarana olah raga, kita di Indonesia sangat lemah baik dari sisi jumlah maupun mutu, sehingga tidak memungkinkan untuk dapat dikembangkan standar pelatihan bermutu tinggi. Untuk bisa bersaing di tingkat internasional, sudah tak mungkin lagi pelatihan dilakukan secara sambil lalu atau paruh waktu. Model-model pelatihan mutakhir menuntut volume pelatihan yang besar dan penempatan pelatihan secara terpadu.
Atas dasar alasan inilah, Australia memiliki 8 sentra pelatihan, Spanyol 31, Prancis 21 dan AS yang berbasis pada sekolah dan universitas mendirikan "Olympic Training Camp" di Colorado.
Kita di Indonesia merintis pendirian sentra ini seperti pendirian Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) sebanyak 93 buah dan Pusat Pendidikan dan Latihan Mahasiswa (PPLM) sebanyak 15 buah yang tersebar di seluruh Indonesia.
Embrio dari pusat pelatihan daerah (PPLD) yang idealnya ada di setiap provinsi, juga masih memerlukan pembenahan. Konsep dasarnya ialah bagaimana mengintegrasi kegiatan pelatihan dan pendidikan secara serasi yang didukung oleh logistik.
**
TERSENTAK saya setelah bertemu Abdul Madjid, sprinter 100 meter dan 200 meter pada tahun 1960-an asal Kalimantan Selatan, ketika baru-baru ini saya mengantarkan ”uang tali asih” kepada mantan atlet pada fase pascaberprestasi. Ubannya memutih dan bentuk tubuhnya sudah berubah, bertambah gemuk.
Dalam usianya sudah mencapai 60 tahun, ia belum berkeluarga dan masih tinggal di rumah kontrakan. Untuk mencari nafkah ia menjual tenaganya sebagai buruh di Pelabuhan Tri Sakti. Masih banyak Madjid lainnya yang senasib. Tata latar inilah yang mendorong Ditjen Olah Raga pada dua tahun terakhir ini mengembangkan sistem penghargaan dalam bentuk program konseling karier atlet. Di Australia disebut program Pendidikan Karier Atlet (PKA). Motonya: Kita tak mampu memberi ikannya, tetapi hanya dapat memberi kailnya.
Itulah masalah yang masih tersisa dan tak akan pernah tuntas penyelesaiannya karena selalu terjadi perubahan dinamis. Saya berdoa Pak Menteri Pemuda dan Olah Raga diberi kekuatan untuk mengatasi masalah olah raga yang justru dapat mendatangkan maslahat bagi bangsa. Kita perlu memberikan dukungan yang tulus kepadanya beserta jajarannya***
(Rusli Lutan, Guru Besar UPI di Bandung dan President for Asian Society for Physical Education and Sport (ASPES) dengan kantor pusat di Seoul (Korea
SEJAK Direktorat Jenderal Olah Raga didirikan pada tahun 2001 di bawah Departemen Pendidikan Nasional, selama 4 tahun terakhir ini yang diupayakan ialah menata sistem pembinaan keolahragaan nasional. Penataan itu mencakup subsistem pendidikan jasmani (pendidikan olah raga), olah raga masyarakat (rekreasi) dan olah raga kompetitif untuk tujuan berprestasi. Ketiganya menyatu sebagai sebuah kesatuan.
Penataan dimaksudkan agar dapat dicapai manfaat yang optimal bagi segenap warga sesuai pesan Piagam Internasional Pendidikan Jasmani dan Olah Raga yang dideklarasikan oleh UNESCO, tahun 1978 di Paris. Piagam itu mengisyaratkan pendidikan jasmani dan olah raga sebagai hak asasi yang fundamental bagi setiap orang.
Jika diurut secara saksama, tujuan akhir pembinaan olah raga itu tidak lain untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Karena itu, Direktorat Jenderal Olah Raga sebagai institusi pemerintah bertanggung jawab untuk membangun sebuah tatanan berdasarkan analisis tentang beberapa komponen dari kesisteman yang perlu diatur sebaik-baiknya.
Manakala eksistensinya akan diganti kembali oleh Menteri Pemuda dan Olah Raga yang notabene bertanggung jawab untuk mengoordinasi dan merumuskan kebijakan umum nasional, pertanyaannya ialah apa strategi utama dan kemudian tujuan yang ingin dicapai dalam pembinaan olah raga?
Kita tak akan bergeser dari komitmen lama untuk menempatkan olah raga sebagai bagian integral dari pembangunan. Dengan demikian, olah raga ditempatkan bukan sekadar merespons tuntutan perubahan sosial, ekonomi, dan budaya, tetapi ikut bertanggung jawab untuk memberikan arah perubahan yang diharapkan.
Keteguhan terhadap komitmen tersebut didukung oleh begitu banyak fakta dan pengalaman bahwa olah raga yang dikelola dan dibina dengan baik akan mendatangkan banyak manfaat bagi warga masyarakat. Seperangkat nilai dan manfaat dari aspek sosial, kesehatan, ekonomi, psikologis dan pedagogis merupakan landasan yang kuat untuk mengklaim bahwa olah raga merupakan instrumen yang ampuh untuk melaksanakan pembangunan yang seimbang antara material, mental, dan spiritual.
Dari aspek sosial diakui bahwa olah raga merupakan sebuah aktivitas yang unik karena sangat potensial untuk memperkuat integrasi sosial. Secara bertahap dan bersusun dari unit kecil (misalnya, klub), komitmen emosional pada satu tujuan bersama dapat meningkat ke tingkat komunitas, masyarakat sebuah daerah hingga ke jenjang nasional. Itulah sebabnya olah raga, seperti yang sering kita alami dalam olah raga kompetitif, dipandang ampuh untuk membangun persatuan dan kesatuan nasional.
**
ANCAMAN yang dibangkitkan oleh gaya hidup pasif, mendatangkan persoalan yang sangat merugikan kehidupan manusia dengan aneka bentuk penyakit degeneratif, penyakit kurang gerak. Obesitas, alias kegemukan, sudah menjadi sebuah masalah internasional dengan rangkaian akibat yang terkait langsung seperti terserang penyakit jantung koroner, diabetes melitus, kolesterol tinggi, dan lain yang sejenis.
Olah raga dan kesehatan memiliki kaitan langsung dengan ekonomi. Kita dapat belajar dari pengalaman Australia. Di sana, kesehatan dan olah raga sudah mengakar. Setiap peningkatan partisipasi penduduk dalam berolah raga hingga 5% akan mengurangi anggaran perawatan kesehatan sebesar 439 juta dolar. Secara umum pernah diungkapkan oleh sebuah riset, bahwa investasi sebesar 1 dolar untuk aktivitas jasmani atau olah raga akan menghemat biaya perawatan kesehatan sebesar 3,2 dolar.
Dari aspek kejiwaan, olah raga atau aktivitas jasmani yang dilakukan hingga intensitas memadai, moderat, sangat efektif sebagai wahana untuk meningkatkan ketahanan terhadap stres dan menanggulangi depresi. Dari aspek ekonomi, data yang diperoleh misalnya dari Korea dan Australia menunjukkan prospek olah raga yang sangat positif untuk ikut serta meningkatkan ekonomi melalui beberapa segmen industri olah raga, di antaranya peralatan dan perlengkapan serta konstruksi fasilitas olah raga.
Melalui pendekatan pembelajaran keterampilan taktis misalnya, diketahui bahwa pendidikan jasmani dan olah raga efektif untuk membina keterampilan berpikir kritis dan kreatif. Karena itu, para peneliti sampai pada kesimpulan bahwa aktivitas jasmani atau olah raga sangat bermanfaat untuk memupuk kemampuan memecahkan masalah.
Tentunya kita sepaham bahwa pendidikan jasmani merupakan peletak dasar untuk segala aspek meliputi fisik, mental, intelektual, sosial, dan emosional spiritual. Kecakapan berolah raga di sepanjang hayat untuk mengisi waktu luang dengan kegiatan yang bermanfaat, memerlukan pembekalan keterampilan sejak awal. Kita dapat menilai seberapa jauh kultur olah raga sudah berkembang di suatu masyarakat atau negara bergantung pada kebiasaan mengisi waktu luang dengan aktivitas jasmani secara aktif. Dalam kaitan ini maka antara olah raga masyarakat (rekreasi), selalu ada interaksi dengan olah raga kompetitif-prestasi dalam suasana saling mendukung dan menunjang.
Dengan berdirinya Menpora sekarang ini, kegiatan utama yang perlu dilaksanakan ialah memperkuat kesisteman yang sudah dirintis dalam sejumlah wilayah kunci yang menjadi fokus pemecahan. Karena itu, sangat dibutuhkan sebuah dokumen yang kukuh tentang "Arah Strategis dan Manajemen Pembangunan Keolahragaan Nasional", yang kemudian berfungsi sebagai pemberi arah dan sekaligus sebagai alat untuk memantau perubahan dan perkembangan program.
Dalam pengembangan rencana strategis, perlu diperhatikan beberapa kaidah seperti prinsip inklusif yang menekankan keikutsertaan semua warga masyarakat melalui pemberian kesempatan dan akses untuk berolah raga. Perlu diupayakan lingkungan yang sehat dan aman, layanan yang mudah diperoleh, manajemen yang transparan, dan akuntabel serta penerapan sistem pengukuh berupa penghargaan dan penciptaan rasa aman di kalangan pelatih dan atlet.
Komitmen untuk melaksanakan dan menyepakati arah strategis pembangunan keolahragaan nasional itu diperkuat oleh komunikasi dan koordinasi, selain mesti terjamin sisi keberlanjutannya.
**
BERDASARKAN paparan singkat itu sangat jelas bahwa subsistem pendidikan jasmani atau olah raga pelajar/mahasiswa tidak boleh terbengkalai pembinaannya dan termasuk ke dalam kebijakan umum. Olah raga masyarakat (rekreasi) merupakan kegiatan "penyedap" dan penggairah dalam rangka membangun kembali vitalitas hidup. Kegiatan itu ikut serta membangun sebuah mood kejiwaan yang sehat.
Sama sekali tak dapat diabaikan perkembangan dan trend olah raga kompetitif untuk berprestasi meskipun ada ayunan perubahan yang mengarah kepada perolehan keuntungan yang bersifat material; ada pergeseran dari amateur ke profesional, paling tidak di tubuh Komite Olimpiade Internasional (IOC) yang dirintis semasa kepemimpinan Presiden IOC, Juan Antonio Samaranch.
Banyak negara, meski dengan jumlah penduduk sedikit, mampu berprestasi dalam olah raga, seperti yang diraih oleh Australia dalam Olimpiade Sydney 2000 dan Olimpiade Athena 2004. Jawabannya, sebagian karena faktor penentu berupa tingkat kepuasan hidup. Kemerosotan Rusia misalnya, lebih banyak karena keterbatasan dana untuk mengoperasionalkan sistem. Mereka bisa sekadar bertahan untuk memelihara sistem yang sudah mantap, tetapi sukar untuk mencapai hasil optimal karena faktor ekonomi.
Mungkin tanpa kita sadari, pada tataran lingkungan yang lebih luas ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap arah, isi dan bahkan cara mengelola olah raga. Sistem politik mempengaruhi model pembinaan dan institusi yang menanganinya. Sistem ekonomi memengaruhi struktur pembiayaan yang terkait dengan kemampuan kita mempertahankan kesinambungan sistem. Struktur pendidikan memengaruhi seberapa banyak peluang dan keterlaksanaan pendidikan jasmani yang menjadi dasar bagi perkembangan olah raga.
Jumlah penduduk berpengaruh terhadap jumlah anak dan kaum muda sebagai calon olah ragawan sehingga penduduk yang besar seperti di Indonesia merupakan sebuah aset yang luar biasa nilainya. Jadi dibutuhkan upaya, seiring dengan pendidikan, untuk mengubah faktor penduduk bukan sebagai beban tetapi sebagai modal. Tanpa aspirasi yang kental terhadap olah raga, maka suatu daerah sulit berkembang dalam olah raga.
Seberapa efektif mekanisme penelusuran dan promosi bakat telah dilaksanakan yang berarti kegiatan di klub usia dini dan olah raga di sekolahan merupakan tempat menyemai bibit-bibit. Komponen itu akan berkembang subur bila didukung oleh komponen pelatihan yang semakin membaik, seperti halnya struktur kompetisi yang semakin kuat ditinjau dari volume atau kekerapan pelaksanaan, termasuk kualitasnya.
Namun demikian, unsur pelatih termasuk kualifikasinya sangat menentukan. Pelatihan yang berbasis pengetahuan dan teknologi merupakan alternatif yang tak bisa ditawar-tawar. Adalah sebuah mimpi untuk tetap mempertahankan hegemoni (misalnya di kawasan ASEAN) atau menerobos prestasi olimpiade tanpa pelatih yang andal dan dukungan lab beserta para ahli pendukung terkait seperti biomekanika dan psikologi olah raga, selain aspek sport medicine.
Dari sisi struktur venues atau sarana dan prasarana olah raga, kita di Indonesia sangat lemah baik dari sisi jumlah maupun mutu, sehingga tidak memungkinkan untuk dapat dikembangkan standar pelatihan bermutu tinggi. Untuk bisa bersaing di tingkat internasional, sudah tak mungkin lagi pelatihan dilakukan secara sambil lalu atau paruh waktu. Model-model pelatihan mutakhir menuntut volume pelatihan yang besar dan penempatan pelatihan secara terpadu.
Atas dasar alasan inilah, Australia memiliki 8 sentra pelatihan, Spanyol 31, Prancis 21 dan AS yang berbasis pada sekolah dan universitas mendirikan "Olympic Training Camp" di Colorado.
Kita di Indonesia merintis pendirian sentra ini seperti pendirian Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) sebanyak 93 buah dan Pusat Pendidikan dan Latihan Mahasiswa (PPLM) sebanyak 15 buah yang tersebar di seluruh Indonesia.
Embrio dari pusat pelatihan daerah (PPLD) yang idealnya ada di setiap provinsi, juga masih memerlukan pembenahan. Konsep dasarnya ialah bagaimana mengintegrasi kegiatan pelatihan dan pendidikan secara serasi yang didukung oleh logistik.
**
TERSENTAK saya setelah bertemu Abdul Madjid, sprinter 100 meter dan 200 meter pada tahun 1960-an asal Kalimantan Selatan, ketika baru-baru ini saya mengantarkan ”uang tali asih” kepada mantan atlet pada fase pascaberprestasi. Ubannya memutih dan bentuk tubuhnya sudah berubah, bertambah gemuk.
Dalam usianya sudah mencapai 60 tahun, ia belum berkeluarga dan masih tinggal di rumah kontrakan. Untuk mencari nafkah ia menjual tenaganya sebagai buruh di Pelabuhan Tri Sakti. Masih banyak Madjid lainnya yang senasib. Tata latar inilah yang mendorong Ditjen Olah Raga pada dua tahun terakhir ini mengembangkan sistem penghargaan dalam bentuk program konseling karier atlet. Di Australia disebut program Pendidikan Karier Atlet (PKA). Motonya: Kita tak mampu memberi ikannya, tetapi hanya dapat memberi kailnya.
Itulah masalah yang masih tersisa dan tak akan pernah tuntas penyelesaiannya karena selalu terjadi perubahan dinamis. Saya berdoa Pak Menteri Pemuda dan Olah Raga diberi kekuatan untuk mengatasi masalah olah raga yang justru dapat mendatangkan maslahat bagi bangsa. Kita perlu memberikan dukungan yang tulus kepadanya beserta jajarannya***
(Rusli Lutan, Guru Besar UPI di Bandung dan President for Asian Society for Physical Education and Sport (ASPES) dengan kantor pusat di Seoul (Korea
LAPORAN HASIL OBSERVASI TENTANG UKS DI SMA N1 PENGASIH
LAPORAN HASIL OBSERVASI
TENTANG UKS
DI SMA N1 PENGASIH
Disusun Oleh :
Nama : ARIF KURNIAWAN
NIM : 05601244045
PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2007
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang Observasi
Observasi tentang UKS kami lakukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pencegahan dan Perawatan Cedera.
Observasi ini juga untuk mengetahui sistem kerja UKS, sistem administrasi UKS, struktur UKS, program UKS serta pencegahan dan perawatan cedera yang terjadi.
B. Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Tempat : SMA N 1 Pengasih
Hari/Tanggal : Jum’at/27 Oktober 2007
Waktu : 09.00 WIB sampai selesai
C. Rumusan Masalah
Dalam melakukan laporan observasi ini, hal-hal yang kami observasi dapat dijabarkan menjadi poin-poin seperti berikut :
1. Upaya pencegahan cedera yang dilakukan oleh pihak sekolah (UKS).
2. Cedera yang pernah terjadi selama 3 tahun terakhir dan upaya penanganannya.
3. Program/Trias UKS.
4. Struktur organisasi UKS.
5. Peralatan dan perlengkapan UKS
6. Administrasi UKS.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sekilas Tentang UKS
1. Arti UKS :
Usaha Kesehatan Sekolah adalah usaha kesehatan masyarakat yang dijalankan di sekolah-sekolah dengan anak didik beserta lingkungan hidupnya sebagai sasaran utama.
2. Sasaran UKS :
Sasaran dari pelaksanaan UKS yaitu masyarakat yang terdiri dari anak didik, guru dan petugas sekolah lainnya. Yang dimaksud dengan sekolah yaitu semua sekolah dari tingkatan sekolah dasar (SD) sampai dengan tingkatan sekolah lanjutan atas (SLA).
3. Dasar Pelaksanaan UKS :
Pembinaan terhadap anak perlu dimulai sedini mungkin, dan tidak dapat diabaikan karena anak-anak merupakan investment.Dalam hal ini, Departemen P dan K memppunyai peran besar karena sekolah berada dibawahnya.
UKS dijalankan atas dasar titik tolak pemikiran bahwa :
a. Sekolah merupakam lembaga yang sengaja dihidupkan untuk mempertinggi derajat bangsa dalam segala aspek
b. Usaha Kesehatan melalui masyrakat sekolah lebih efektif dari pada yang lain, karena :
1) Mempunyai persentase yang tinggi
2) Merupakan masyarakat yang lebih teroganisir, sehingga pelaksanaannya akan lebih mudah
3) Peka terhadap pendidikan pada umumnya, dapat menyebarkan modernisasi (agent of change), karena pada masa ini anak mudah dibimbing dan dibina.
4. Landasan hukum UKS ialah :
a. Undang-undang No .12 tahun 1954 tentang pokok-pokok pendidikan, yang berbunyi :
“Tujuan pendidikan adalah membentuk manusia susila yang cakap dan warganegara yang demokratis serta bertanggungjawab atas kesejahteraan masyarakat dan Tanah Air”.
b. Undang-undang No.9 tahun 1960 tentang pokok-pokok kesehatan :
Bab I pasal 3 :
(1) Pertumbuhan anak yang sempurna dalam lingkungan hidup yang sehat adalah penting untuk mencapai generasi yang sehat dan bangsa yang kuat.
(2) Pengertian dan kesadaran rakyat tentang pemeliharaan dan perlindungan kesehatan adalah sangat penting untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Bab II pasal 9 ayat 2 :
”Pemerintah mengadakan usaha-usaha khusus untuk kesehatan keturunan dan pertumbuhan anak yang sempurna, baik dalam lingkungan keluarga maupun dalam lingkungan sekolah, serta lingkungan masyarakat remaja dan keolahragaan”.
5. Maksud dan Tujuan UKS :
Mencapai keadaan kesehatan anak yang sebaik-baiknya, kriteria kesehatan anak yang sebaik-baiknya adalah :
(1) Anak tumbuh dan berkembang sesuai dengan umurnya.
(2) Tidak mempunyai kelainan atau mengidap suatu penyakit.
(3) Mempunyai sikap, tingkah laku dan kebiasaan sehat.
Untuk mencapai tujuan tersebut di atas dijalankan usaha-usaha :
(1) Mempertinggi nilai kesehatan.
(2) Mencegah dan memberantas penyakit.
(3) Mendiagnosa, memperbaiki dan memulihkan kesehatan.
(4) Usaha rehabilitasi.
Dengan demikian semua anak mempunyai kesempatan tumbuh belajar secara harmonis,efisien dan optimal.
B. Laporan Hasil Observasi
1. Upaya pencegahan cedera yang dilakukan oleh pihak sekolah (UKS).
a. Menyediakan alat dan fasilitas yang sesuai
b. Dalam melakukan kegiatan olahraga selalu didahulukan dengan pemanasan yang cukup
2. Cedera yang pernah terjadi selama 3 tahun terakhir dan upaya penanganannya.
a. Patah tulang ketika melakukan lompat jauh
Penanganan dari pihak sekolah yaitu langsung mambawa korban ke Rumah Sakit
3. Program/Trias UKS.
Program UKS :
a. Memberikan pelayanan pada siswa
b. Melakukan kebersihan lingkungan
c. Memberikan penyuluhan
d. Pendataan kesehatan siswa
e. Melaksanakan pemeriksaan di sekolah
f. Mengenalkan kegunaan obat yang benar
TRIAS UKS
a. Pendidikan Kesehatan
b. Pelayanan Kesehatan
c. Pembinaan Lingkungan Kehidupan Sekolah Yang Sehat
4. Struktur organisasi UKS.
Struktur Organisasi Tim Pelaksana UKS
Keterangan :
Jalur Koordinasi
Jalur Komando
5. Peralatan dan perlengkapan UKS
Alat :
- Stethoscope
- Stignomanometer
- Sterile blood lancets
- Kotak P3K
- Timbangan
- Stadiometer
- Snellent test cart
- 2 tempat tidur (putra dan putri)
Obat
- Insto (tetes mata)
- Antacid
- Paracetamol
- Bodrex
- Entrostop
- Flunax
- Carbo tablet
- CTM
- Tera F
- Oralit
- Inamid
- Naspro
- Dexanta
- Etacridina
- Salep Levertran
- Balsem
- Betadine
- Iodine povidon
- Kapas, kapas pembalut
- Kassa steril
- Plester
6. Administrasi UKS.
Terdiri dari :
- Buku tamu
Berisi catatan kunjungan dari luar sekolah.
- Buku piket harian
Untuk mencatat daftar hadir petugas piket.
- Buku kunjungan UKS
Berisi catatan tentang siswa yang masuk UKS
- Buku inventaris
Berisi catatan alat dan perlengkapan yang dimiliki.
- Buku TB/BB/Gol darah/mata/pendengaran
Berisi tentang data-data kondisi fisik siswa,berupa TB/BB/Gol darah/mata/pendengaran.
- Buku pedoman pengobatan
Berisi tentang petunjuk penggunaan obat.
- Buku permintaan obat
Berisi tentang daftar permintaan obat.
- Buku kegiatan
Berisi tentang catatan kegiatan yang dilaksanakan UKS.
- Buku penyuluhan
Berisi tentang catatan penyuluhan dan instansi yang terkait.
- Buku KMS
Berisi tentang data kesehatan siswa.
- Buku rekap pengunjung
Berisi catatan semua pengunjung yang masuk UKS.
- Buku catatan rapat
Berisi tentang catatan kegiatan rapat yang telah dilaksanakan serta waktu pelaksanaan, peserta dan hasil dari rapat.
- Buku rujukan
Berisi tentang daftar rujukan siswa yang dirujuk ke luar (Puskesmas dan Rumah Sakit)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari observasi yang telah kami lakukan, dapat kami katakan bahwa UKS SMA N1 Pengasih termasuk dalam kategori UKS yang baik/layak, dilihat dari aspek-aspek yang kami observasi meliputi upaya pencegahan, cedera yang terjadi dan penanganannya, serta peralatan dan perlengkapan yang dimiliki oleh UKS tersebut sudah memenuhi syarat. Namun dalam upaya pencegahan, masih perlu adanya perhatian khusus dari pihak sekolah dan perbaikan baik dari pelaku (manusia) ataupun kelayakan alat dan fasilitas yang dimiliki.
B. Saran
1. Sebaiknya pada saat berolahraga siswa memakai sepatu.
2. Perlu adanya perbaikan pada fasilitas olahraga terutama lapangan basket.
3. Hendaknya petugas piket UKS bertugas sesuai jadwal.
4. Perlu adanya pengawasan dari guru-guru koordinator UKS ataupun yang berwewenang.
5. Petugas piket sebaiknya dibekali dengan pengetahuan dan ketrampilan khusus serta keberanian yang lebih.
TENTANG UKS
DI SMA N1 PENGASIH
Disusun Oleh :
Nama : ARIF KURNIAWAN
NIM : 05601244045
PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2007
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang Observasi
Observasi tentang UKS kami lakukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pencegahan dan Perawatan Cedera.
Observasi ini juga untuk mengetahui sistem kerja UKS, sistem administrasi UKS, struktur UKS, program UKS serta pencegahan dan perawatan cedera yang terjadi.
B. Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Tempat : SMA N 1 Pengasih
Hari/Tanggal : Jum’at/27 Oktober 2007
Waktu : 09.00 WIB sampai selesai
C. Rumusan Masalah
Dalam melakukan laporan observasi ini, hal-hal yang kami observasi dapat dijabarkan menjadi poin-poin seperti berikut :
1. Upaya pencegahan cedera yang dilakukan oleh pihak sekolah (UKS).
2. Cedera yang pernah terjadi selama 3 tahun terakhir dan upaya penanganannya.
3. Program/Trias UKS.
4. Struktur organisasi UKS.
5. Peralatan dan perlengkapan UKS
6. Administrasi UKS.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sekilas Tentang UKS
1. Arti UKS :
Usaha Kesehatan Sekolah adalah usaha kesehatan masyarakat yang dijalankan di sekolah-sekolah dengan anak didik beserta lingkungan hidupnya sebagai sasaran utama.
2. Sasaran UKS :
Sasaran dari pelaksanaan UKS yaitu masyarakat yang terdiri dari anak didik, guru dan petugas sekolah lainnya. Yang dimaksud dengan sekolah yaitu semua sekolah dari tingkatan sekolah dasar (SD) sampai dengan tingkatan sekolah lanjutan atas (SLA).
3. Dasar Pelaksanaan UKS :
Pembinaan terhadap anak perlu dimulai sedini mungkin, dan tidak dapat diabaikan karena anak-anak merupakan investment.Dalam hal ini, Departemen P dan K memppunyai peran besar karena sekolah berada dibawahnya.
UKS dijalankan atas dasar titik tolak pemikiran bahwa :
a. Sekolah merupakam lembaga yang sengaja dihidupkan untuk mempertinggi derajat bangsa dalam segala aspek
b. Usaha Kesehatan melalui masyrakat sekolah lebih efektif dari pada yang lain, karena :
1) Mempunyai persentase yang tinggi
2) Merupakan masyarakat yang lebih teroganisir, sehingga pelaksanaannya akan lebih mudah
3) Peka terhadap pendidikan pada umumnya, dapat menyebarkan modernisasi (agent of change), karena pada masa ini anak mudah dibimbing dan dibina.
4. Landasan hukum UKS ialah :
a. Undang-undang No .12 tahun 1954 tentang pokok-pokok pendidikan, yang berbunyi :
“Tujuan pendidikan adalah membentuk manusia susila yang cakap dan warganegara yang demokratis serta bertanggungjawab atas kesejahteraan masyarakat dan Tanah Air”.
b. Undang-undang No.9 tahun 1960 tentang pokok-pokok kesehatan :
Bab I pasal 3 :
(1) Pertumbuhan anak yang sempurna dalam lingkungan hidup yang sehat adalah penting untuk mencapai generasi yang sehat dan bangsa yang kuat.
(2) Pengertian dan kesadaran rakyat tentang pemeliharaan dan perlindungan kesehatan adalah sangat penting untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Bab II pasal 9 ayat 2 :
”Pemerintah mengadakan usaha-usaha khusus untuk kesehatan keturunan dan pertumbuhan anak yang sempurna, baik dalam lingkungan keluarga maupun dalam lingkungan sekolah, serta lingkungan masyarakat remaja dan keolahragaan”.
5. Maksud dan Tujuan UKS :
Mencapai keadaan kesehatan anak yang sebaik-baiknya, kriteria kesehatan anak yang sebaik-baiknya adalah :
(1) Anak tumbuh dan berkembang sesuai dengan umurnya.
(2) Tidak mempunyai kelainan atau mengidap suatu penyakit.
(3) Mempunyai sikap, tingkah laku dan kebiasaan sehat.
Untuk mencapai tujuan tersebut di atas dijalankan usaha-usaha :
(1) Mempertinggi nilai kesehatan.
(2) Mencegah dan memberantas penyakit.
(3) Mendiagnosa, memperbaiki dan memulihkan kesehatan.
(4) Usaha rehabilitasi.
Dengan demikian semua anak mempunyai kesempatan tumbuh belajar secara harmonis,efisien dan optimal.
B. Laporan Hasil Observasi
1. Upaya pencegahan cedera yang dilakukan oleh pihak sekolah (UKS).
a. Menyediakan alat dan fasilitas yang sesuai
b. Dalam melakukan kegiatan olahraga selalu didahulukan dengan pemanasan yang cukup
2. Cedera yang pernah terjadi selama 3 tahun terakhir dan upaya penanganannya.
a. Patah tulang ketika melakukan lompat jauh
Penanganan dari pihak sekolah yaitu langsung mambawa korban ke Rumah Sakit
3. Program/Trias UKS.
Program UKS :
a. Memberikan pelayanan pada siswa
b. Melakukan kebersihan lingkungan
c. Memberikan penyuluhan
d. Pendataan kesehatan siswa
e. Melaksanakan pemeriksaan di sekolah
f. Mengenalkan kegunaan obat yang benar
TRIAS UKS
a. Pendidikan Kesehatan
b. Pelayanan Kesehatan
c. Pembinaan Lingkungan Kehidupan Sekolah Yang Sehat
4. Struktur organisasi UKS.
Struktur Organisasi Tim Pelaksana UKS
Keterangan :
Jalur Koordinasi
Jalur Komando
5. Peralatan dan perlengkapan UKS
Alat :
- Stethoscope
- Stignomanometer
- Sterile blood lancets
- Kotak P3K
- Timbangan
- Stadiometer
- Snellent test cart
- 2 tempat tidur (putra dan putri)
Obat
- Insto (tetes mata)
- Antacid
- Paracetamol
- Bodrex
- Entrostop
- Flunax
- Carbo tablet
- CTM
- Tera F
- Oralit
- Inamid
- Naspro
- Dexanta
- Etacridina
- Salep Levertran
- Balsem
- Betadine
- Iodine povidon
- Kapas, kapas pembalut
- Kassa steril
- Plester
6. Administrasi UKS.
Terdiri dari :
- Buku tamu
Berisi catatan kunjungan dari luar sekolah.
- Buku piket harian
Untuk mencatat daftar hadir petugas piket.
- Buku kunjungan UKS
Berisi catatan tentang siswa yang masuk UKS
- Buku inventaris
Berisi catatan alat dan perlengkapan yang dimiliki.
- Buku TB/BB/Gol darah/mata/pendengaran
Berisi tentang data-data kondisi fisik siswa,berupa TB/BB/Gol darah/mata/pendengaran.
- Buku pedoman pengobatan
Berisi tentang petunjuk penggunaan obat.
- Buku permintaan obat
Berisi tentang daftar permintaan obat.
- Buku kegiatan
Berisi tentang catatan kegiatan yang dilaksanakan UKS.
- Buku penyuluhan
Berisi tentang catatan penyuluhan dan instansi yang terkait.
- Buku KMS
Berisi tentang data kesehatan siswa.
- Buku rekap pengunjung
Berisi catatan semua pengunjung yang masuk UKS.
- Buku catatan rapat
Berisi tentang catatan kegiatan rapat yang telah dilaksanakan serta waktu pelaksanaan, peserta dan hasil dari rapat.
- Buku rujukan
Berisi tentang daftar rujukan siswa yang dirujuk ke luar (Puskesmas dan Rumah Sakit)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari observasi yang telah kami lakukan, dapat kami katakan bahwa UKS SMA N1 Pengasih termasuk dalam kategori UKS yang baik/layak, dilihat dari aspek-aspek yang kami observasi meliputi upaya pencegahan, cedera yang terjadi dan penanganannya, serta peralatan dan perlengkapan yang dimiliki oleh UKS tersebut sudah memenuhi syarat. Namun dalam upaya pencegahan, masih perlu adanya perhatian khusus dari pihak sekolah dan perbaikan baik dari pelaku (manusia) ataupun kelayakan alat dan fasilitas yang dimiliki.
B. Saran
1. Sebaiknya pada saat berolahraga siswa memakai sepatu.
2. Perlu adanya perbaikan pada fasilitas olahraga terutama lapangan basket.
3. Hendaknya petugas piket UKS bertugas sesuai jadwal.
4. Perlu adanya pengawasan dari guru-guru koordinator UKS ataupun yang berwewenang.
5. Petugas piket sebaiknya dibekali dengan pengetahuan dan ketrampilan khusus serta keberanian yang lebih.
LAPORAN OBSERVASI SLB 1 JOGJA
A. PEMBELAJARAN PADA KELAS PERSIAPAN.
Pada kelas persiapan usia siswa tidak berpengaruh, siswa yang ada pada kelas persiapan adalah siswa yang memiliki IQ dibawah 50 (± 40 %). Dengan jumlah siswa pada kelas tersebut 4 orang.
Dalam proses pembelajaran, siswa hanya bermain didalam ruangan. Karena jika mereka bermain diluar ruangan akan tidak terkontrol yang disebabkan oleh keterbatasan mental.
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
1. Melakukan gerak dasar ke dalam permainan sederhana 1.1 Melakukan gerak dasar jalan, lari, dan lompat dalam permainan sederhana
1.2 Melakukan gerak dasar memutar, mengayun ataupun menekuk dalam permainan sederhana
1.3 Melakaukan gerak dasar lempar tangkap dan sejenisnya dalam permainan sederhana
2. Melakukan sikap tubuh dalam berbagai posisi 2.1 Melakukan sikap tubuh dalam posisi berdiri
2.2 Melakaukan sikap tubuh dalam posisi berjalan
3. Melakukan senam lantai sederhana tanpa alat dan nilai yang terkandung didalamnya 3.1 Melakukan gerak keseimbangan statis tanpa alat
3.2 Melakukan gerak keseimbangan dinamis tanpa alat
4. Mengungkapkan perasaan melalui gerak berirama dan nilai yang terkandung didalamnya 4.1 Melakukan gerak bebas berirama tanpa menggunakan musik
4.2 Melakukan gerak bebas berirama menggunakan musik
5. Menerapkan budaya hidup sehat 5.1 Menjaga kebersihan diri yang meliputi tangan dan kaki
B. ALAT DAN FASILITAS
1. WALL BARS (TANGGA DINDING)
Kegunaan :
Diperuntukkan bagi anak-anak yang mengalami kelemahan atau layuh bagian otot tungkai, lengan, tulang, belakang dan otot perut.
Fungsi :
• Untuk menguatkan otot dan tulang tungkai, lengan, tulang belakang, dan otot perut.
• Melatih otot lengan.
• Melatih keberanian.
• Memperbaiki postur tubuh (tulang belakang yang bengkok).
• Mengenal tinggi rendah (orientasi ruang).
• Melatih koordinasi mata, tangan, dan kaki.
2. STAND IN TABLE (MEJA BERDIRI)
Kegunaan :
Diperuntukkan bagi anak yang layuh tubuh dan tungkai serta hiperaktif, tidak mau diam dan kurang berkonsentrasi.
Fungsi :
• Untuk melatih berdiri dan konsentrtasi.
• Melatih kekuatan otot kaki.
• Untuk sarana latihan terapi.
3. BALANCED BEAM EXERCISE (PAPAN TITIAN)
Kegunaan :
Diperuntukkan bagi anak yang mengalami kelainan atau gangguan keseimbangan, tuna daksa, tuna grahita dan tuna rungu.
Fungsi :
• Untuk melatih keseimbangan dalam berdiri.
• Pengenalan tinggi rendah.
• Melatih keberanian dan percaya diri.
• Melatih koordinasi mata, kaki dan koordinasi ruang.
4. WALKING PARALEL BARS (PALANG SEJAJAR BERJALAN)
Kegunaan :
Diperuntukkan bagi anak yang mengalami kelayuhan tungkai, berjalan yang zigzag dan tidak lurus.
Fungsi :
• Untuk melatih berdiri.
• Mengoreksi sikap berjalan yang tidak tepat.
• Penguatan otot kaki dan tangan.
• Melatih kepercayaan diri dan keberanian.
• Koordinasi tangan, mata dan kaki.
5. FOOT PLACEMENT LADDER (TANGGA TIDUR)
Kegunaan :
Diperuntukkan bagi anak yang mengalami kelainan dalam berjalan (zigzag), kurang memahai konsep ruang dan kurang mampu berkonsentrasi.
Fungsi :
• Untuk melatih keseimbangan dalam berjalan, melatih konsep dan konsentrasi.
• Penghalusan rasa.
• Elatih koordinasi kaki kiri dan kanan.
6. STRAIGHT STAIRCASE (TANGGA)
Kegunaan :
Diperuntukkan bagi anak yang lemah fungsi otot dan tulang tungkai.
Fungsi :
• Untuk menguatkan otot tungkai.
• Sama dengan walking parallel bars tapi dengan kesulitan lebih tinggi.
7. VESTIBULAR BOARD (MEJA GOYANG)
Kegunaan :
Diperuntukkan bagi anak yang mengalami gangguan keseimbangan tubuh.
Fungsi :
• Untuk melatih keseimbangan anak dalam posisi duduk, jongkok, dan berdiri.
• Melatih konsentrasi.
• Untuk melatih anak tuna daksa dan tuna grahita.
8. NEURO DEVELOMMENT ROLLS
Kegunaan :
Diperuntukkan bagi anak tuna grahita dan tuna daksa serta anak lumpuh layu.
Fungsi :
• Melatih otot keseimbangan.
• Melatih kekuatan otot tangan dan kaki.
• Untuk pemgenalan benda.
• Melatih anak hiperaktif.
• Melatih bentuk geometris.
9. BED UNTUK LATIHAN DAN TERAPI
Kegunaan :
Diperuntukkan bagi anak yang menderita lumpuh layu, tuna grahita dan tuna daksa.
Fungsi :
• Pemeriksaan awal sebelum latihan.
• Untuk tempat latihan duduk, miring, telentang, dan tengkurap.
• Melatih otot punggung dan perut.
• Melatih posisi kepala yang benar.
10. PULLEY WEIGHT
Kegunaan :
Diperuntukkan bagi anak tuna daksa, tuna grahita atau anak yang membutuhkan penguatan otot.
Fungsi :
• Melatih otot dan kaki.
• Koordinasi mata, tangan dan kaki.
• Melatih kekuatan tangan dengan berbagai beban.
• Melatih otot biseps dan triseps.
• Melatih otot punggung dan perut.
• Peraga katrol bagi pelajaran pengetahuan alam atau fisika.
11. BICYCLE EXERCICER
Kegunaan :
Diperuntukkan bagi anak yang membutuhkan latihan penguatan kaki.
Fungsi :
• Melatih koordinasi kaki dan tangan.
• Penguatan otot kaki dan tangan.
• Merasakan gerakan kaki mengayuh.
• Melatih keseimbangan.
• Melatih konsentrasi.
12. DYNAMIC BODY DAN BALANCED COORDINATION
Kegunaan :
Diperuntukkan bagi anak tuna daksa, tuna grahita, serta untuk anak yang hiperaktif.
Fungsi :
• Melatih keseimbangan.
• Melatih keberanian.
• Melatih otot kaki.
• Melatih motorik kasar.
• Memperbesar kepercayaan diri.
13. WHEEL CHAIRS
Kegunaan :
Diperuntukkan bagi anak tuna daksa.
Fungsi :
• Untuk alat bantu gerak.
• Melatih otot tangan.
14. FOOTBALL
Kegunaan :
Diperuntukkan bagi anak tuna grahita dan tuna daksa.
Fungsi :
• Melatih otot kaki.
• Koordinasi mata dan kaki.
• Melatuh motorik halus dan kasar.
• Melatih sosialisasi anak dal;am permainan bersama.
15. VOLLEYBALL
Kegunaan :
Diperuntukkan bagi anak tuna daksa dan tuna grahita.
Fungsi :
• Melatih otot tangan.
• Koordinasi mata dan tangan.
• Melatih sosialisasi.
Pada kelas persiapan usia siswa tidak berpengaruh, siswa yang ada pada kelas persiapan adalah siswa yang memiliki IQ dibawah 50 (± 40 %). Dengan jumlah siswa pada kelas tersebut 4 orang.
Dalam proses pembelajaran, siswa hanya bermain didalam ruangan. Karena jika mereka bermain diluar ruangan akan tidak terkontrol yang disebabkan oleh keterbatasan mental.
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
1. Melakukan gerak dasar ke dalam permainan sederhana 1.1 Melakukan gerak dasar jalan, lari, dan lompat dalam permainan sederhana
1.2 Melakukan gerak dasar memutar, mengayun ataupun menekuk dalam permainan sederhana
1.3 Melakaukan gerak dasar lempar tangkap dan sejenisnya dalam permainan sederhana
2. Melakukan sikap tubuh dalam berbagai posisi 2.1 Melakukan sikap tubuh dalam posisi berdiri
2.2 Melakaukan sikap tubuh dalam posisi berjalan
3. Melakukan senam lantai sederhana tanpa alat dan nilai yang terkandung didalamnya 3.1 Melakukan gerak keseimbangan statis tanpa alat
3.2 Melakukan gerak keseimbangan dinamis tanpa alat
4. Mengungkapkan perasaan melalui gerak berirama dan nilai yang terkandung didalamnya 4.1 Melakukan gerak bebas berirama tanpa menggunakan musik
4.2 Melakukan gerak bebas berirama menggunakan musik
5. Menerapkan budaya hidup sehat 5.1 Menjaga kebersihan diri yang meliputi tangan dan kaki
B. ALAT DAN FASILITAS
1. WALL BARS (TANGGA DINDING)
Kegunaan :
Diperuntukkan bagi anak-anak yang mengalami kelemahan atau layuh bagian otot tungkai, lengan, tulang, belakang dan otot perut.
Fungsi :
• Untuk menguatkan otot dan tulang tungkai, lengan, tulang belakang, dan otot perut.
• Melatih otot lengan.
• Melatih keberanian.
• Memperbaiki postur tubuh (tulang belakang yang bengkok).
• Mengenal tinggi rendah (orientasi ruang).
• Melatih koordinasi mata, tangan, dan kaki.
2. STAND IN TABLE (MEJA BERDIRI)
Kegunaan :
Diperuntukkan bagi anak yang layuh tubuh dan tungkai serta hiperaktif, tidak mau diam dan kurang berkonsentrasi.
Fungsi :
• Untuk melatih berdiri dan konsentrtasi.
• Melatih kekuatan otot kaki.
• Untuk sarana latihan terapi.
3. BALANCED BEAM EXERCISE (PAPAN TITIAN)
Kegunaan :
Diperuntukkan bagi anak yang mengalami kelainan atau gangguan keseimbangan, tuna daksa, tuna grahita dan tuna rungu.
Fungsi :
• Untuk melatih keseimbangan dalam berdiri.
• Pengenalan tinggi rendah.
• Melatih keberanian dan percaya diri.
• Melatih koordinasi mata, kaki dan koordinasi ruang.
4. WALKING PARALEL BARS (PALANG SEJAJAR BERJALAN)
Kegunaan :
Diperuntukkan bagi anak yang mengalami kelayuhan tungkai, berjalan yang zigzag dan tidak lurus.
Fungsi :
• Untuk melatih berdiri.
• Mengoreksi sikap berjalan yang tidak tepat.
• Penguatan otot kaki dan tangan.
• Melatih kepercayaan diri dan keberanian.
• Koordinasi tangan, mata dan kaki.
5. FOOT PLACEMENT LADDER (TANGGA TIDUR)
Kegunaan :
Diperuntukkan bagi anak yang mengalami kelainan dalam berjalan (zigzag), kurang memahai konsep ruang dan kurang mampu berkonsentrasi.
Fungsi :
• Untuk melatih keseimbangan dalam berjalan, melatih konsep dan konsentrasi.
• Penghalusan rasa.
• Elatih koordinasi kaki kiri dan kanan.
6. STRAIGHT STAIRCASE (TANGGA)
Kegunaan :
Diperuntukkan bagi anak yang lemah fungsi otot dan tulang tungkai.
Fungsi :
• Untuk menguatkan otot tungkai.
• Sama dengan walking parallel bars tapi dengan kesulitan lebih tinggi.
7. VESTIBULAR BOARD (MEJA GOYANG)
Kegunaan :
Diperuntukkan bagi anak yang mengalami gangguan keseimbangan tubuh.
Fungsi :
• Untuk melatih keseimbangan anak dalam posisi duduk, jongkok, dan berdiri.
• Melatih konsentrasi.
• Untuk melatih anak tuna daksa dan tuna grahita.
8. NEURO DEVELOMMENT ROLLS
Kegunaan :
Diperuntukkan bagi anak tuna grahita dan tuna daksa serta anak lumpuh layu.
Fungsi :
• Melatih otot keseimbangan.
• Melatih kekuatan otot tangan dan kaki.
• Untuk pemgenalan benda.
• Melatih anak hiperaktif.
• Melatih bentuk geometris.
9. BED UNTUK LATIHAN DAN TERAPI
Kegunaan :
Diperuntukkan bagi anak yang menderita lumpuh layu, tuna grahita dan tuna daksa.
Fungsi :
• Pemeriksaan awal sebelum latihan.
• Untuk tempat latihan duduk, miring, telentang, dan tengkurap.
• Melatih otot punggung dan perut.
• Melatih posisi kepala yang benar.
10. PULLEY WEIGHT
Kegunaan :
Diperuntukkan bagi anak tuna daksa, tuna grahita atau anak yang membutuhkan penguatan otot.
Fungsi :
• Melatih otot dan kaki.
• Koordinasi mata, tangan dan kaki.
• Melatih kekuatan tangan dengan berbagai beban.
• Melatih otot biseps dan triseps.
• Melatih otot punggung dan perut.
• Peraga katrol bagi pelajaran pengetahuan alam atau fisika.
11. BICYCLE EXERCICER
Kegunaan :
Diperuntukkan bagi anak yang membutuhkan latihan penguatan kaki.
Fungsi :
• Melatih koordinasi kaki dan tangan.
• Penguatan otot kaki dan tangan.
• Merasakan gerakan kaki mengayuh.
• Melatih keseimbangan.
• Melatih konsentrasi.
12. DYNAMIC BODY DAN BALANCED COORDINATION
Kegunaan :
Diperuntukkan bagi anak tuna daksa, tuna grahita, serta untuk anak yang hiperaktif.
Fungsi :
• Melatih keseimbangan.
• Melatih keberanian.
• Melatih otot kaki.
• Melatih motorik kasar.
• Memperbesar kepercayaan diri.
13. WHEEL CHAIRS
Kegunaan :
Diperuntukkan bagi anak tuna daksa.
Fungsi :
• Untuk alat bantu gerak.
• Melatih otot tangan.
14. FOOTBALL
Kegunaan :
Diperuntukkan bagi anak tuna grahita dan tuna daksa.
Fungsi :
• Melatih otot kaki.
• Koordinasi mata dan kaki.
• Melatuh motorik halus dan kasar.
• Melatih sosialisasi anak dal;am permainan bersama.
15. VOLLEYBALL
Kegunaan :
Diperuntukkan bagi anak tuna daksa dan tuna grahita.
Fungsi :
• Melatih otot tangan.
• Koordinasi mata dan tangan.
• Melatih sosialisasi.
MANFAAT BERMAIN BAGI ANAK
PEMBAHASAN
Bermain adalah suatu kegiatan yang menyenangkan, dan pada umumnya sangat disukai anak-anak. Bermain yang dilakukan secara tertata sangat bermanfaat untuk mendorong pertumbuhan dan perkembangan anak. Bermain merupakan pengalaman belajar yang sangat berharga bagi anak. Pengalaman itu bisa berupa jalinan hubungan sosial untuk mengungkapkan perasaanya dengan sesama temannya.
Aspek yang dapat diperoleh dari kegiatan bermain yang dilakukan oleh anak antara lain :
1. Manfaat bermain untuk perkembangan fisik.
Jika anak melakukan permainan yang melibatkan banyak gerakan tubuh, maka tubuh si anak akan menjadi sehat dan bugar. Otot-otot tubuh akan tumbuh menjadi kuat. Anak dapat menyalurkan energi yang berlebihan melalui aktivitas jasmani.
2. Manfaat bermain untuk perkembangan ketrampilan.
Penguasaan ketrampilan gerak dapat dikembangakan melalui aktivitas bermain. Misal, pada saat anak yang berlari berkejar-kejaran untuk menangkap temannya, mungkin pada saat itu si anak belum pandai berlari, dengan bermain kejar-kejaran, maka anak kian berminat untuk malakukannya, sehingga ia menjadi lebih terampil dalam berlari.
3. Manfaat bermain untuk perkembangan intelektual.
Melalui aktivitas bermain, anak dihadapkan dengan masalah dan kemampuan untuk membuat keputusan dengan cepat dan tepat. Aktivitas bermain yang seimbang, teratur dan terarah serta berkesinambungan akan memupuk kecerdasan anak.
4. Manfaat bermain untuk perkembangan sosial.
Biasanya, kegiatan bermain dilakukan oleh anak dengan teman sebayanya, dengan begitu anak akan belajar berbagi hak milik, menggunakan mainan atau kegiatan secara bersama dan bergiliran, mempertahankan hubungan yang sudah terbina, mencari cara pemecahan masalah yang sihadapi dengan teman mainnya.
5. Manfaat bermaihn untuk perkembangan emosi.
Bagi anak, bermainan adalah suatu kebutuhan. Tidak ada anak yang tidak suka bermain. Melalui bermain, anak dapat mengungkapkan keinginannya dan menunda kesukaannya. Anak dilatih mengendalikan diri. Dari kegiatan bermain yang dilakukan bersama sekelompok teman, anak akan mempunyai penilaian terhadap dirinya, tentang kamampuan dan kelebihan yang dimilikinya. Penilaian tersebut penting untuk pembentukan konsep diri yang positif.
6. Manfaat bermain untuk perkembangan ketrampilan olahraga.
Apabila anak trampil berlari, melempar, dan melompat, maka ia lebih siap untuk menekuni bidang olahraga tertentu, jika tiba saatnya, ia matang untuk melakukannya. Anak akan terampil melakukan kegiatan tersebut, dannia lebih percaya diri dan merasa mampu melakukan gerakan yang lebih sulit.
PENUTUP
Setelah kita membaca isi atau pembahasan dari tulisan tersebut di atas, yaitu manfaat bermain bagi anak-anak. Banyak hal yang bisa didapat dari pembahasan tersebut, setidaknya kita tahu manfaat bermain yangt dilakukan oleh anak. Akan lebih baiknya jika kegiatan bermain dilakukan secara teratur, terarah, dan berkelanjutan, agar manfaat yang didapat lebih nyata dan lebih pasti.
Demikian yang dapat penulis sampaikan (uraikan), semoga tulisan ini membawa manfaat bagi penulis dan yang membacanya. Insya Allah, Amien. Ada kurangnya penulis mohon maaf sebesar-besarnya.
Bermain adalah suatu kegiatan yang menyenangkan, dan pada umumnya sangat disukai anak-anak. Bermain yang dilakukan secara tertata sangat bermanfaat untuk mendorong pertumbuhan dan perkembangan anak. Bermain merupakan pengalaman belajar yang sangat berharga bagi anak. Pengalaman itu bisa berupa jalinan hubungan sosial untuk mengungkapkan perasaanya dengan sesama temannya.
Aspek yang dapat diperoleh dari kegiatan bermain yang dilakukan oleh anak antara lain :
1. Manfaat bermain untuk perkembangan fisik.
Jika anak melakukan permainan yang melibatkan banyak gerakan tubuh, maka tubuh si anak akan menjadi sehat dan bugar. Otot-otot tubuh akan tumbuh menjadi kuat. Anak dapat menyalurkan energi yang berlebihan melalui aktivitas jasmani.
2. Manfaat bermain untuk perkembangan ketrampilan.
Penguasaan ketrampilan gerak dapat dikembangakan melalui aktivitas bermain. Misal, pada saat anak yang berlari berkejar-kejaran untuk menangkap temannya, mungkin pada saat itu si anak belum pandai berlari, dengan bermain kejar-kejaran, maka anak kian berminat untuk malakukannya, sehingga ia menjadi lebih terampil dalam berlari.
3. Manfaat bermain untuk perkembangan intelektual.
Melalui aktivitas bermain, anak dihadapkan dengan masalah dan kemampuan untuk membuat keputusan dengan cepat dan tepat. Aktivitas bermain yang seimbang, teratur dan terarah serta berkesinambungan akan memupuk kecerdasan anak.
4. Manfaat bermain untuk perkembangan sosial.
Biasanya, kegiatan bermain dilakukan oleh anak dengan teman sebayanya, dengan begitu anak akan belajar berbagi hak milik, menggunakan mainan atau kegiatan secara bersama dan bergiliran, mempertahankan hubungan yang sudah terbina, mencari cara pemecahan masalah yang sihadapi dengan teman mainnya.
5. Manfaat bermaihn untuk perkembangan emosi.
Bagi anak, bermainan adalah suatu kebutuhan. Tidak ada anak yang tidak suka bermain. Melalui bermain, anak dapat mengungkapkan keinginannya dan menunda kesukaannya. Anak dilatih mengendalikan diri. Dari kegiatan bermain yang dilakukan bersama sekelompok teman, anak akan mempunyai penilaian terhadap dirinya, tentang kamampuan dan kelebihan yang dimilikinya. Penilaian tersebut penting untuk pembentukan konsep diri yang positif.
6. Manfaat bermain untuk perkembangan ketrampilan olahraga.
Apabila anak trampil berlari, melempar, dan melompat, maka ia lebih siap untuk menekuni bidang olahraga tertentu, jika tiba saatnya, ia matang untuk melakukannya. Anak akan terampil melakukan kegiatan tersebut, dannia lebih percaya diri dan merasa mampu melakukan gerakan yang lebih sulit.
PENUTUP
Setelah kita membaca isi atau pembahasan dari tulisan tersebut di atas, yaitu manfaat bermain bagi anak-anak. Banyak hal yang bisa didapat dari pembahasan tersebut, setidaknya kita tahu manfaat bermain yangt dilakukan oleh anak. Akan lebih baiknya jika kegiatan bermain dilakukan secara teratur, terarah, dan berkelanjutan, agar manfaat yang didapat lebih nyata dan lebih pasti.
Demikian yang dapat penulis sampaikan (uraikan), semoga tulisan ini membawa manfaat bagi penulis dan yang membacanya. Insya Allah, Amien. Ada kurangnya penulis mohon maaf sebesar-besarnya.
LAPORAN HASIL OBSERVASI FESTIVAL OLAHRAGA ANAK LUAR BIASA PENCITRAAN DIRI ANAK LUAR BIASA DALAM MENCIPTAKAN KREATIVITAS DAN MOTIVASI
LAPORAN HASIL OBSERVASI
FESTIVAL OLAHRAGA ANAK LUAR BIASA
PENCITRAAN DIRI ANAK LUAR BIASA DALAM MENCIPTAKAN KREATIVITAS DAN MOTIVASI
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Penjas Adapted
Dosen Pengampu : Dr. H. Pamuji Sukoco.
Disusun Oleh :
ARIF KURNIAWAN
05601244045
PJKR-D
PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2007
FESTIVAL OLAHRAGA ANAK LUAR BIASA
Pelaksanaan :
Hari : Jum’at
Tanggal : 23 November 2007
Waktu : 07.30-selesai
Pelaksana : Prodi IKORA ‘05
Peserta : Siswa SLB Tuna Grahita sejumlah 20 sekolah yang terbagi menjadi 24 kelompok.
Tema : Pencitraan Diri Anak Luar Biasa Dalam Menciptakan Kreatifitas dan Motivasi
Susunan acara sebagai berikut :
1. Upacara pembukaan.
2. Sambutan dari DEKAN FIK.
3. Senam aerobic.
4. Inti dari acara :
5. Penutup
PERLOMBAAN
POS 1 : PERMAINAN HALANG RINTANG
1. Alat dan Fasilitas :
a. Lapangan.
b. Lorong.
c. Bangku Swedia.
d. Kotak Permainan.
e. Balok Berbentuk U.
f. Kerucut.
2. Peraturan :
a. Siswa dibagi 2 kelompok.
b. Masing-masing kelompok 5 orang.
3. Cara Melakukan :
a. Siswa waktu melakukan mengikuti instruktur.
b. Siswa melakukan sesuai dengan peraturan yang ada.
c. Peserta berbanjar ke belakang dan sejajar dengan kelompok lawan (bersebelahan)
d. Setelah aba-aba, peserta berlari melewati terowongan-bangku swedia-kotak-papan loncat-kotak-zigzag kemudian kembali dengan sprint lurus.
POS 2 : MENEMBAK BOLA KE GAWANG DAN LEMPAR KALENG
MENEMBAK BOLA KE GAWANG :
1. Alat dan Fasilitas :
a. Lapangan.
b. Gawang.
c. Bola plastik.
2. Peraturan :
a. Jumlah peserta tiap kelompok adalah 4-5 orang.
b. 2 kelompok saling berhadapan.
c. 1 peserta berhak melakukan tiga kali tendangan.
d. Dilakukan secara bergantian.
e. Jarak dengan gawang 2-3 meter.
f. Penilaian secara individu maupun kelompok dengan berapa banyak memasukkan bola ke gawang.
3. Cara Melakukan :
a. Peserta berbanjar kebelakang (berdasar kelompok).
b. Berdiri bersebelahan dengan lawan.
c. Setelah aba-aba, peserta menendang bola ke gawang sebanyak 3X.
d. Setelah selesai, giliran peserta kedua melakukan, dan seterusnya sampai selesai.
4. Guru/Pengajar :
Memberi penjelasan dan contoh cara menendang kemudian peserta disuruh melakukan.
LEMPAR KALENG :
1. Alat dan Fasilitas :
a. Bola tenis (diberi raffia).
b. Kaleng (diberi hiasan).
c. Keranjang.
d. Meja.
2. Peraturan :
a. Jumlah peserta tiap kelompok adalah 4-5 orang.
b. Jarak pelempar dengan kaleng 2-3 meter.
c. Kaleng ditaruh diatas meja (10 kaleng) disusun seperti piramida.
d. Keranjang berisi 10 bola tennis.
e. Setiap peserta mendapat 3X kesempatan melempar.
f. Jika lemparan pertama dan meruntuhkan semua kaleng maka lemparan kedua ditiadakan.
g. Dilakukan bergantian.
h. Penilaian secara individu maupaun kelompok berdasarkan pada jumlah kaleng yang runtuh/jatuh.
3. Cara Melakukan :
a. Peserta berdiri ditempat yang ditentukan.
b. Setelah aba-aba, peserta melakukan lemparan sebanyak 3X.
c. Setelah selesai maka giliran peserta yang kedua, dan seterusnya.
d. Panitia mencatat berapa banyak kaleng yang runtuh/jatuh.
4. Guru/Pengajar :
a. Memberi contoh/penjelasan cara melempar kemudian menyuruh peserta/anak didiknya melakukan.
b. Memberi semangat saat melakukan lemparan dan pujian setelah melakukan lemparan.
POS 3 : LEMPAR ROKET dan LEMPAR BOLA TANGAN
LEMPAR ROKET (lempar lembing yang dimodifikasi) :
1. Alat dan Fasilitas :
a. Roket-roketan.
b. Keranjang sampah.
c. Lapangan.
2. Peraturan
a. Jumlah peserta tiap kelompok adalah 4-5 orang.
b. Peserta bebas melakukan lemparan.
c. Peserta pada saat melakukan tidak boleh melewati batas lemparan.
d. Bagi peserta yang sudah melakukan tidak boleh melakukan lagi.
3. Cara melakukan :
a. Peserta pada waktu melakukan lemparan boleh dengan awalan.
b. Pelempar berusaha melempar roket-roketan sejauh mungkin.
4. Guru/Pengajar :
a. Memberi contoh/penjelasan cara melempar kemudian menyuruh peserta melakukan.
b. Memberi semangat saat melakukan lemparan dan pujian setelah melakukan lemparan.
LEMPAR BOLA TANGAN :
1. Alat dan Fasilitas :
a. Lapangan.
b. Bola tangan.
2. Peraturan :
a. Jumlah peserta tiap kelompok adalah 4-5 orang.
b. Saat melempar tidak boleh berdiri.
c. Peserta melempar dengan cara duduk kaki lurus kedepan.
d. Kaki tidak boleh melewati batas lemparan.
3. Cara melakukan :
a. Peserta melakukan secara berurutan.
b. Pada saat melempar bola berada dibelakang kepala sehinga memperoleh hasil lemparan yang jauh.
4. Guru/Pengajar :
a. Memberi contoh/penjelasan cara melempar kemudian menyuruh peserta melakukan.
b. Memberi semangat saat melakukan lemparan dan pujian setelah melakukan lemparan.
FESTIVAL OLAHRAGA ANAK LUAR BIASA
PENCITRAAN DIRI ANAK LUAR BIASA DALAM MENCIPTAKAN KREATIVITAS DAN MOTIVASI
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Penjas Adapted
Dosen Pengampu : Dr. H. Pamuji Sukoco.
Disusun Oleh :
ARIF KURNIAWAN
05601244045
PJKR-D
PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2007
FESTIVAL OLAHRAGA ANAK LUAR BIASA
Pelaksanaan :
Hari : Jum’at
Tanggal : 23 November 2007
Waktu : 07.30-selesai
Pelaksana : Prodi IKORA ‘05
Peserta : Siswa SLB Tuna Grahita sejumlah 20 sekolah yang terbagi menjadi 24 kelompok.
Tema : Pencitraan Diri Anak Luar Biasa Dalam Menciptakan Kreatifitas dan Motivasi
Susunan acara sebagai berikut :
1. Upacara pembukaan.
2. Sambutan dari DEKAN FIK.
3. Senam aerobic.
4. Inti dari acara :
5. Penutup
PERLOMBAAN
POS 1 : PERMAINAN HALANG RINTANG
1. Alat dan Fasilitas :
a. Lapangan.
b. Lorong.
c. Bangku Swedia.
d. Kotak Permainan.
e. Balok Berbentuk U.
f. Kerucut.
2. Peraturan :
a. Siswa dibagi 2 kelompok.
b. Masing-masing kelompok 5 orang.
3. Cara Melakukan :
a. Siswa waktu melakukan mengikuti instruktur.
b. Siswa melakukan sesuai dengan peraturan yang ada.
c. Peserta berbanjar ke belakang dan sejajar dengan kelompok lawan (bersebelahan)
d. Setelah aba-aba, peserta berlari melewati terowongan-bangku swedia-kotak-papan loncat-kotak-zigzag kemudian kembali dengan sprint lurus.
POS 2 : MENEMBAK BOLA KE GAWANG DAN LEMPAR KALENG
MENEMBAK BOLA KE GAWANG :
1. Alat dan Fasilitas :
a. Lapangan.
b. Gawang.
c. Bola plastik.
2. Peraturan :
a. Jumlah peserta tiap kelompok adalah 4-5 orang.
b. 2 kelompok saling berhadapan.
c. 1 peserta berhak melakukan tiga kali tendangan.
d. Dilakukan secara bergantian.
e. Jarak dengan gawang 2-3 meter.
f. Penilaian secara individu maupun kelompok dengan berapa banyak memasukkan bola ke gawang.
3. Cara Melakukan :
a. Peserta berbanjar kebelakang (berdasar kelompok).
b. Berdiri bersebelahan dengan lawan.
c. Setelah aba-aba, peserta menendang bola ke gawang sebanyak 3X.
d. Setelah selesai, giliran peserta kedua melakukan, dan seterusnya sampai selesai.
4. Guru/Pengajar :
Memberi penjelasan dan contoh cara menendang kemudian peserta disuruh melakukan.
LEMPAR KALENG :
1. Alat dan Fasilitas :
a. Bola tenis (diberi raffia).
b. Kaleng (diberi hiasan).
c. Keranjang.
d. Meja.
2. Peraturan :
a. Jumlah peserta tiap kelompok adalah 4-5 orang.
b. Jarak pelempar dengan kaleng 2-3 meter.
c. Kaleng ditaruh diatas meja (10 kaleng) disusun seperti piramida.
d. Keranjang berisi 10 bola tennis.
e. Setiap peserta mendapat 3X kesempatan melempar.
f. Jika lemparan pertama dan meruntuhkan semua kaleng maka lemparan kedua ditiadakan.
g. Dilakukan bergantian.
h. Penilaian secara individu maupaun kelompok berdasarkan pada jumlah kaleng yang runtuh/jatuh.
3. Cara Melakukan :
a. Peserta berdiri ditempat yang ditentukan.
b. Setelah aba-aba, peserta melakukan lemparan sebanyak 3X.
c. Setelah selesai maka giliran peserta yang kedua, dan seterusnya.
d. Panitia mencatat berapa banyak kaleng yang runtuh/jatuh.
4. Guru/Pengajar :
a. Memberi contoh/penjelasan cara melempar kemudian menyuruh peserta/anak didiknya melakukan.
b. Memberi semangat saat melakukan lemparan dan pujian setelah melakukan lemparan.
POS 3 : LEMPAR ROKET dan LEMPAR BOLA TANGAN
LEMPAR ROKET (lempar lembing yang dimodifikasi) :
1. Alat dan Fasilitas :
a. Roket-roketan.
b. Keranjang sampah.
c. Lapangan.
2. Peraturan
a. Jumlah peserta tiap kelompok adalah 4-5 orang.
b. Peserta bebas melakukan lemparan.
c. Peserta pada saat melakukan tidak boleh melewati batas lemparan.
d. Bagi peserta yang sudah melakukan tidak boleh melakukan lagi.
3. Cara melakukan :
a. Peserta pada waktu melakukan lemparan boleh dengan awalan.
b. Pelempar berusaha melempar roket-roketan sejauh mungkin.
4. Guru/Pengajar :
a. Memberi contoh/penjelasan cara melempar kemudian menyuruh peserta melakukan.
b. Memberi semangat saat melakukan lemparan dan pujian setelah melakukan lemparan.
LEMPAR BOLA TANGAN :
1. Alat dan Fasilitas :
a. Lapangan.
b. Bola tangan.
2. Peraturan :
a. Jumlah peserta tiap kelompok adalah 4-5 orang.
b. Saat melempar tidak boleh berdiri.
c. Peserta melempar dengan cara duduk kaki lurus kedepan.
d. Kaki tidak boleh melewati batas lemparan.
3. Cara melakukan :
a. Peserta melakukan secara berurutan.
b. Pada saat melempar bola berada dibelakang kepala sehinga memperoleh hasil lemparan yang jauh.
4. Guru/Pengajar :
a. Memberi contoh/penjelasan cara melempar kemudian menyuruh peserta melakukan.
b. Memberi semangat saat melakukan lemparan dan pujian setelah melakukan lemparan.
Langganan:
Postingan (Atom)