Senin, 10 Desember 2007

Minggu, 09 Desember 2007

SEJARAH PENEMUAN BOLA VOLLEY

Sejarah Bola Voli

Pada tahun 1895, William C. Morgan, seorang direktur YMCA di Holyke, Massachusetts, menemukan sebuah permainan bernama mintonette dalam usahanya memenuhi keinginan para pengusaha lokal yang menganggap permainan bola basket terlalu menghabiskan tenaga dan kurang menyenangkan. Permainan ini cepat menarik perhatian karena hanya membutuhkan sedikit ketrampilan dasar, mudah dikuasai dalam jangka waktu latihan yang singkat, dan dapat dilakukan oleh pemain dengan berbagai tingkat kebugaran. Permainan aslinya dahulu menggunakan bola yang terbuat dari karet bagian dalam bola basket. Peraturan awalnya membebaskan berapa pun jumlah pemain dalam satu tim. Pada tahun 1896 nama permainan ini diubah oleh Alfred T. Halstead, yang setelah menyaksikan permainan ini, menganggap bahwa bola voli lebihsesuai menjadi nama permainan ini mengingat ciri permainan ini yang dimainkan dengan melambungkan bola sebelum bola tersebut menyentuh tanah (volleying).

Jumat, 07 Desember 2007

PERSIAPAN PROFESI GURU PENJAS “PROFESIONALISME GURU”

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Profesi guru adalah termasuk profesi tua di dunia. Pekerjaan mengajar telah ditekuni orang sejak lama. Pada zaman prasejarah proses belajar mengajar berlangsung melalui pengamatan dan dilakukan oleh keluarga.
Profesi guru pada sistem persekolahan mulai berkembang di persada Nusantara pada zaman kolonial. Guru telah ikut berperan dalam pembentukan Negara-Bangsa Indonesia yang memiliki bahasa nasional Bahasa Indonesia. Profesi guru pernah menjadi profesi penting dalam perjalanan bangsa ini dalam menanamkan nasionalisme, menggalang persatuan dan berjuang melawan penjajahan. Sayangnya dalam beberapa dekade yang lalu dan masih berlanjut sampai kini profesi guru dianggap kurang bergengsi dan kinerjanya dinilai belum optimal serta belum memenuhi harapan masyarakat. Akibatnya mutu pendidikan nasional pun dinilai terpuruk. Persoalan guru semakin menjadi persoalan pokok dalam pembangunan pendidikan, disebabkan oleh adanya tuntutan perkembangan masyarakat dan perkembangan global. Hingga kini persoalan guru belum pernah terselesaikan secara tuntas. Persoalan guru di Indonesia adalah terkait dengan masalah-masalah kualifikasi yang rendah, pembinaan yang terpusat, perlindungan profesi yang belum memadai dan persebarannya yang tidak merata sehingga menyebabkan kekurangan guru di beberapa lokasi. Segala persoalan guru tersebut timbul oleh karena adanya berbagai sebab dan masing-masing saling mempengaruhi.

B. RUMUSAN MASALAH
Melihat pendidikan di negara kita yang mutunya masih kurang baik maka pemerintah harus segera memperbaiki agar mutu pendidikan di Indonesia bisa terangkat dan dapat disejajarkan dengan negara asia lainnya. Didalam meningkatkan mutu pendidikan di ndonesia peran guru sangat penting maka sangatlah dibutuhkan para guru-guru yang profesional. Untuk itu, seorang guru harus mampu meningkatkan profesionalismenya sebagai seorang pendidik.Sehingga dapat dirumuskan masalah “Upaya-upaya apakah yang dapat meningkatakan profesionalisme guru “.

C. TUJUAN
Tujuan dari makalah ini adalah sebagai panduan atau dapat juga untuk menambah pengetahuan seorang guru sebagai pendidik tentang bagaimana untuk meningkatkan profesionalisme guru agar dapat menjadi seorang guru yang profesional dan dapat memajukan mutu pendidikan di Indonesia yang saat ini mutunya masih tergolong rendah.




















BAB II
PEMBAHASAN

A. Permasalahan Guru di Indonesia
Permasalahan guru di Indonesia tersebut secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan masalah mutu profesionalisme guru yang masih belum memadai. Padahal sudah sangat jelas hal tersebut tidak menentukan mutu pendidikan nasional. Mutu pendidikan nasional yang rendah , salah satu penyebabnya adalah mutu guru yang masih rendah. Permasalahan guru di Indonesia harus diselesaikan scara komprehensif menyangkut semua aspek terkait yaitu kesejahteraan, kualifikasi, pembinaan, perlindungan profesi, dan administrasinya.
Sebenarnya sumber permasalahan pendidikan yang terbesar adalah adanya perubahan, karena itu permasalahan akan senantiasa ada sampai kapanpun. Institusi pendidikan dituntut untuk menyesuaikan dengan perubahan perkambangan yang ada dalam masyarakat. Demikian pula dengan guru, yang senantiasa dituntut untuk menyesuaikan dengan perubahan. Akibatnya demikian banyak permasalahan yang dihadapi oleh guru, karena ketidakmampuannya menyesuaikan perubahan yang terjadi di sekelilingnya sebagai akibat dari keterbatasnnya sebagai individu atau karena keterbatasan kemampuan sekolah dan pemerintah. Jadi masalah pendidikan senantiasa muncul karena adanya tuntutan agar institusi pendidikan termasuk guru menyesuaikan dengan segala perkembangan yang ada dalam masyarakat.

B. Kompetensi Penting Profesi Guru
Profesionalisme guru di bangun melalui penguasaan kompetensi-komptensi yang secara nyata diperlukan dalam menyelesaikan pekerjaan. Kompetensi-kompetensi penting jabatan guru tersebut adalah : kompetensi bidang bidang substansi atau bidang studi, kompetensi bidang pembelajaran, kompetensi bidang pendidikan nilai dan bimbingan serta kompetensi bidang hubungan dan pelayanan / pengabdian masyarakat.
Pengembangan profesionalisme guru meliputi peningkatan kompetensi, peningkatan kerja dan kesejahteraannya. Guru sebagai profesional dituntut untuk senantiasa meningkatkan kemampuan, wawasan dan kreatifitasnya. Masyarakat telah mempercayakan sebagian tugasnya kepada guru. Tugas guru yang diemban dari limpahan tugas masyarakat tersebut antara lain adalah mentransfer kebudayaan dalam arti luas, keterampilan menjalani kehidupan, dan nilai-nilai. Selain itu guru secara mendalam harus terlibat dalam kegiatan maenjelaskan, mendefinisikan, membuktikan, dan mengklarifikasi. Tugasnya sebagai pendidik bukan hanya mentrnsfer pengetahuan , keterampilan dan sikap, tetapi mempersiapkan generasi yang lebih baik di masa depan. Oleh karena itu guru harus memiliki kompetensi dalam membimbing siswa siap menghadapi kehidupan yang sebenarnya dan bahkan mampu memberikan teladan yang baik. Oleh karena itu guru harus siap untuk diuji kompetensinya secara berkala untuk menjamin agar kinerjanya tetap memenuhi syarat profesional yang terus berkembang. Kemampuan-kemampuan yang selama ini harus dikuasai guru juga akan lebih dituntut aktualisasinya. Misalkan kemampuannya dalam :

1. Merencanakan pembelajaran dan merumuskan tujuan.
2. Mengelola kegiatan individu.
3. Menggunakan multi metode dan memanfaatkan media.
4. Berkomunikasi interaktif dengan baik.
5. Memotifasi dan memberikan respons.
6. Melibatkan siswa dalam beraktifiktas.
7. Mengadakan penyesuaian dengan kondisi siswa.
8. Melaksanakan dan mengelola pembelajaran.
9. Memperbaiki dan mengevaluasi pembelajaran.
10. Menguasai materi pelajaran
11. Memberikan bimbingan, berinteraksi dengan sejawat dan bertanggung jawab.
12. Mampu melaksanakan penelitian.

Secara spesifik pelaksanaan tugas guru sehari-hari di kelas seperti membuat siswa berkonsentrasi pada tugas, harus dilanjutkan dengan aktivitas dan tugas tambahan yang tidak kalah pentingnya seperti membahas persoalan pembelajaran dalam rapat guru, mengkomunikasikan hasil belajar siswa dengan orang tua dan mendiskusikan berbagai persoalan pendidikan dan pembelajaran dengan sejawat. Bahkan secara lebih spesifik guru harus dapat memgelola waktu pembelajaran dalam setiap jam pelajaran secara efektif dan efisien. Untuk dapat mengelola pembelajaran seara efektif dan efisien tersebut, guru harus senantiasa meningkatkan keterampilan dasarnya. Menurut Rosenshine dan Stevens ada sembilan keterampilan dasar yang penting harus dikuasai guru adalah keterampilan :

1. Membuka pembelajaran dengan mereview secara singkat pelajaran terdahulu yang terkait dengan pelajaran yang akan disajikan.
2. Menyajikan secara singkat tujuan pembelajaran.
3. Menyajikan materi dalam langkah-langkah kecil dan disertai latihannya masing-masing.
4. Memberikan penjelasan dan keterangan yang jelas dan detail.
5. Memberikan latihan yang berkualitas.
6. Mengajukan pertanyaan dan memberi banyak kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan pemahamannya.
7. Membimbing siswa menguasai keterampilan atau prosedur baru.
8. Meemberikan balikan atau koreksi.
9. Memonitor kemajuan siswa.

Selain itu, tentu saja masih ada keterampilan lain yang harus dikuasai guru mislnya menutup pelajaran dengan baik dengan membuat rangkuman dan memberikan petunjuk tentang tindak lanjut yang harus dilakukan siswa. Singkatnya banyak hal-hal kecil yang harus diperhatikan dan dikuasai oleh guru secara komulatif membentuk suatu keutuhan kemampuan secara profesional yang bisa ditampilkan dalam bentuk kinerja yang optimal. Dalam upaya meningkatkan prfesionalisme guru, maka guru sendiri harus mau membuat penelitian atas kinerjanya sendiri. Jadi, guru harus memperbaiki profesionalismenya sendiri, dan mayarakat membantu mempertajam dan menjadi pendorongnya.

C. Upaya-upaya Guru Meningkatkan Profesionalisme
Peningkatan profesionalisme guru sebenarnya ditentukan oleh seorang guru itu sendiri. Apakah seorang guru tesebut ingin menjadi seorang guru yang profesional atau tidak Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan seorang guru jika ingin meningkatkan keprofesionalisme, yaitu :

1. Memahami standart tuntutan profesi yang ada.
Upaya memahami tuntutan standar profesi yang ada (di Indonesia dan yang berlaku di dunia) harus ditempatkan sebagai prioritas utama jika guru kita ingin meningkatkan Profesionalismenya.Sebab, persaingan global sekarang memungkinkan adanya mobilitas guru secara lintas negara, sebagai profesional seorang guru harus mengikuti tuntutan perkembangan profesi secara global dan tuntutan masyarakat yang menghendaki pelayanan yang lebih baik. Cara satu-satunya untuk memenuhi standar profesi ini adalah dengan belajar secara terus menerus sepanjang hayat, dengan membuka diri yakni mau mau mendengar dan melihat perkembangan baru di bidangnya.

2. Mencapai kualifikasi dan kompetensi yang dipersyaratkan.
Upaya mencapai kualifikasi dan kompetensi yang di persyaratkan juga tidak kalah pentingnya bagi guru. Dengan dipenuhinya kualifikasi dan kompetensi yang memadai maka guru memiliki posisi tawar yang kuat dan memenuhi syarat yang dibutuhkan. Peningkatan kualitas dan kompetensi ini dapat ditempuh melului training, seminar, dan berbagai upaya lain untuk memperoleh sertifikasi.



3. Membangun kesejawatan yang baik dan luas termasuk lewat organisasi profesi.
Upaya membangun hubungan kesejawatan yang baik dan luas dapat dilakukan guru dengan membina jaringan kerja. Guru harus berusaha mengetahui apa yang telah dilkukan oleh sejawatnya yang sukses. Sehingga bisa belajar untuk mencapai sukses yang sama atau bahkan bisa lebih baik lagi. Melalui jaringan kerja inilah guru dapat memperoleh akses terhadap inovasi-inovasi di bidang profesinya.Dalam hal ini juga dapat di bina melalui jaringan kerja yang luas dengan menggunakan tekhnologi komunikasi dan informasi, misal melalui korespondensi dan mungkin melalui internet. Apabila hal ini dilakukan secara intensif akan dapat diperoleh kiat-kiat menjalankan profesi dari sejawat guru di Indonesia bahkan dunia.

4. Mengembangkan etos kerja atau budaya kerja yang mengutamakan pelayanan bermutu tinggi kepada konstituen.
Upaya membangun etos kerja atau budaya kerja yang mengutamakan pelayanan bermutu tinggi kepada konstituen merupakan suatu keharusan di zaman sekarang. Semua bidang dituntut untuk memberikan pelayanan prima. Guru pun harus memberikan pelayanan prima kepada konstituenya yaitu siswa , Orang tua dan sekolah . Terlebih lagi pelayanan pendidikan adalah termasuk pelayanan publik yang di danai, di adakan dikontrol oleh dan untuk kepentingan publik. Oleh karena itu guru harus mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugasnya kepada publik.

5. Mengadopsi inovasi atau mengembangkan kreativitas dalam pemanfaatan tekhnologi komunikasi dan inmormasi mutkhir agar senantiasa tidak keinggalan dalam kemampuannya menggelola pembelajaran.
Satu hal lagi yang dapat diupayakan ntuk peningkatan profesionalisme guru adalah melalui adopsi inovasi atau pengembangan kreatifitas dalam pemanfaatan tekhnologi komunikasi dan informasi mutakhir. Guru dapat memanfaatkan media presentasi komputer dan juga pendekatan-pendekatan baru bidang tekhnologi pendidikan. Upaya-upaya guru untuk meningkatkan profesionalismenya tersebut pada akhirnya memerlukan adanya dukungan dari semua pihak yang terkait agar benar-benar terwujud. Pihak-pihak yang harus memberikan dukunganya tersebut adalah organisasi profesi seperti PGRI, pemerintah dan juga masyarakat.

























BAB. III
PENUTUP

A. Kesemipulan
Makalah ringkas ini menyajikan beberapa gagasan tentang berbagai upaya peningkatan profesionalisme guru. Ada beberapa hal yang perlu mendapatkan sorotan utama , yaitu mengenai permasalahan guru di Indonesia, kompetensi penting profesi guru dan upaya-upaya guru meningkatkan profesionalisme. Berdasarkan pembahasan pada makalah ini dapat disimpulkan bahwa peran seorang guru sangat jelas ikut menentukan mutu pendidikan nasional. Mutu Pendidikan Nasional yang rendah, bisa saja salah satu penyebabnya adalah mutu guru yang masih rendah. Untuk itu guru haruslah meningkatkan kemampuan dalam bidangnya agar dapat menjadi seorang pendidik memiliki mutu yang tinggi dan menjadi seorang guru yang profesional agar dapat meningkatkan mutu pendidikan Nasional yang saat ini masih rendah dan menghasilkan generasi penerus bangsa yang bermutu dan berguna bagi Nusa dan Bangsa.
B. Saran-saran
Dalam penulisan makalah ini penulis merasa bahwa makalah ini masih banyak kekuranganya jika digunakan sebagai acuan menjadi seorang guru yang profesional mungkin juga dalam makalah ini masih terdapat kesalahan. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar dapat membuat makalah ini lebih baik dan mendekati sempurna, sehingga dapat membantu para seorang pendidik dalam meningkatkan profesionalismenya sebagai seorang guru.







BAB . IV
DAFTAR PUSTAKA


Pannen. P. dkk ( 1999 ) Cakrawala Pendidikan. Jakarta : Universitas Terbuka.

Purwanto. ( 2000 ). Difusi Inovasi. Jakarta: STIA LAN Press.







































MAKALAH

PERSIAPAN PROFESI GURU PENJAS

“PROFESIONALISME GURU”






Disusun oleh :

ARIF KURNIAWAN
05601244045







FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2007

TUGAS LAPORAN INDIVIDU PENJAS ADAPTED PEMBELAJARAN DENGAN ALAT (BOLA SEPAK)

TUGAS LAPORAN INDIVIDU
PENJAS ADAPTED

PEMBELAJARAN DENGAN ALAT
(BOLA SEPAK)

Alat dan fasilitas :

a. Bola sepak sebanyak 1 buah
b. Lapangan 10 x 10 m dan 20 x 10 m
c. Cones 4 buah (gawang)

Pelaksanaan :
1. Pemanasan (5 menit)
a. Lari keliling lapangan sebanyak 4 kali
b. Bermain “Kucing-kucingan”

Aturan Permainan :
1) Siswa dibagi menjadi 2 kelompok. Masing-masing 3 orang sebagai kucing, 6 orang sebagai pengumpan bola.
2) Para pengumpan membentuk formasi lingkaran, salah satu membawa bola.
3) Kucing berada didalam lingkaran (antara para pengumpan), berusaha merebut bola dari para pengumpan.
4) Para pengumpan saling mengumpan bola (boleh berpindah posisi), berusaha agar bola tidak direbut oleh kucing.
5) Jika bola berhasil direbut oleh kucing atau bola keluar dari garis batas lapangan, maka pengumpan yang terakhir memegang bola berganti menjadi kucing. Begitupun sebaliknya dengan kucing.


2. Latihan Inti

a. Passing dan Dribble (10 menit)

Cara melakukan :
1) Siswa dibagi menjadi 2 kelompok, masing-masing saling berhadapan dengan jarak 10 meter.
2) Siswa dari kelompok pertama mendribble bola menuju kearah siswa dari kelompok dua yang ada didepannya.
3) Setelah sampai bola diberikan kepada siswa tersebut, kemudian didribble kembali keposisi siswa yang memberikan tadi.
4) Setelah bola sampai bola diumpan kepada orang kedua pada kelompok dua, kemudian melakukan hal yang sama seperti sebelumnya.
5) Begitupun seterusnya sampai orang terakhir dan kembali lagi pada orang pertama.

b. Permainan Sederhana (20 menit)
Cara dan peraturan :
1) Permainan dilakukan seperti permainan sepakbola sebenarnya.
2) Tidak ada lemparan kedalam, tetapi diganti dengan memassingkan bola pada saat terjadi outball. Cara melakukannya yaitu dengan cara meletakkan bola tepat diatas garis batas lapangan, salah satu tangan memegangi bola, kemudian bola diumpankan kepada rekannya.
3) Tim yang lebih banyak mencetak goal, maka tim itulah yang menang.




Nama : ARIF KURNIAWAN
Nim : 05601244045
Kelas : PJKR-D


TUGAS LAPORAN INDIVIDU
PENJAS ADAPTED

Data denyut nadi saat melakukan aktifitas jasmani
dengan rumus 4-2-4-2-4

Aktifitas Jasmani yang dilakukan :
1. Pemanasan :
Melakukan jogging (lari kecil) keliling lapangan selama 5 menit.
2. Aktifitas inti pertama :
Berjalan, jogging, dan kemudian melakukan sprint (selama 4 menit).
3. Istirahat 2 menit.
4. Aktifitas inti kedua :
Melakukan jogging (lari kecil) keliling lapangan selama 4 menit.
5. Istirahat 2 menit.
6. Aktifitas inti ketiga :
Melakukan lomba sprint secara berpasangan selama 4 menit.

Data Denyut Nadi :
Nama Normal Pemanasan
5 menit Inti
4 menit Istirahat
2 menit Inti
4 menit Istirahat
2 menit Inti
4 menit Istirahat
5 menit
Arif K. 72/menit 84/menit 112/menit 96/menit 102/menit 88/menit 108/menit 72/menit

RESUME SENAM AEROBIK

RESUME SENAM AEROBIK

Senam Aerobik merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kebugaran, banyaknya masyarakat yang memilih senam aerobik sebagai alternative pilihan untuk meningkatkan kebugaran merupakan prestasi tersendiri. Latihan senam aerobik merupakan latihan yang menggerakkan seluruh bagian tubuh, dengan gerakan yang terus-menerus, berirama, maju dan berkelanjutan. Dalam senam aerobik biasa dipilih gerakan yangmudah, menyenangkan dan bervariasi. Sebelum berlatih aerobik harus memeriksakan diri ke dokter agar dapat diketahui apakah ada gangguan dalam tubuh yang akan memperberat bila melakukan senam aerobik. Oleh karena kemampuan dan kondisi setiap individu yang berbeda maka perlu diperhatikan beberapa hal berikut sebelum melakukan senam aerobik.
1. Derajat kesegaran jasmani.
2. Umur.
3. Jenis kelamin, meliputi :
a. Daya tahan
b. Kekuatan otot
c. Kecepatan
d. Ketangkasan
e. Kecepatan reaksi
4. Status kesehatan.
5. Minat berlatih.
6. Waktu dan Fasilitas.
7. Pemahaman musik.
8. Struktur Konstruksi dan Sistem Tubuh Manusia.
Beberapa kategori dalam senam aerobik, antara lain : High Impact, latihan dengan benturan-benturan keras. Latihan ini memungkinkan seseorang mudah terkena cedera. Low Impact atau Soft Impact, latihan dengan benturan-benturan ringan. Non Impact Aerobics, dimana latihannya tanpa ada benturan, gerakannya meliputi uitvaal (memindahkan berat badan), dan navere (gerak ngeper).
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam latihan aerobik yaitu :
1. Tidak berhenti di tengah-tengah latihan yang sedang berlangsung, karena akan mengalami kerugian, antara lain :
a. Mengganggu siklus krebs.
b. Mengubah set point effect.
2. Pakailah sepatu khusus untuk senam aerobik, yaitu dengan bantalan yang lunak di bagian bola kaki dan dengan penguat di bagian samping tumit.
Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun latihan senam aerobik antara lain :
1. Prinsip-prinsip latihan harus diperhatikan, antara lain :
a. Jenis, macam latihan harus diseleksi dan diteliti.
b. Pelaksanaan gerak harus tepat (harus ada koreksi dan remedi).
c. Dilakukan dengan sikap permulaan dan sikap akhir yang benar.
d. Semua latihan mempunyai disis yang sesuai dengan tujuannya.
2. tahap pelaksanaan latihan sesuai dengan tingkat kesukaran menguasai gerak diurutkan sebagai berikut :
a. Setelah menguasai latihan yang lama, kemudian meningkat ke latihan yang baru.
b. Latihan dimulai dari yang mudah ke yang sulit.
c. Latihan dimulai dari yang sederhana ke yang kompleks.
d. Latihan dimulai dari yang ringan ke yang berat (intensif).
3. Sistematika program senam aerobik.
Motto : Use it or lose it
“ kesegaran jasmani tidak dapat dibeli, berlatihlah terus agar tetap fit”.

Dalam senam aerobik dibagi dalam fase-fase sebagai berikut :
Fase I Latihan Pemanasan (Warming Up)
Fungsi dari latihan pemanasan :
a. Menyiapkan tubuh menghadapi latihan yang lebih intensif.
b. Menjaga tubuh dari kemungkinan cedera yang berbahaya.
c. Menunjang penampilan fisik dan kesemaptaan.
Sifat latihan :
a. Mudah dilakukan.
b. Sederhana/sudah dikenal.
c. Lincah.
d. Menyenangkan dan menggembirakan.
e. Menyeluruh.
f. Musik ringan, maat 2/4 - 4/4 irama tetap.
g. Waktu antara 8-9 menit.
Geraka meliputi :
a. Pelemasan.
b. Pemanasan pada sendi.
c. Stimulan pada paru-paru dan jantung.
d. Peregangan pendek.
Fase II Aerobik
Pada latihan ini sudah menujuke puncak latihan (training zone), dimana kerja jantung, paru-paru dan seluruh faal tubuh dan otot diharapkan sudah pada titik optimal, sesuai dengan kemampuan., pada fase ini intensitas latihan tinggi.
Frekuensi latihan adalah ulangan latihan yang dilakukan dalam jangka waktu 1 minggu. Intensitas yang ideal yaitu 3 X seminggu sebagai frekuensi optimal. Frekuensi latihan mempunyai hubungan dengan intensitas dan lamanya tiap latihan. Makin tinggi intensitas latihan dan semakin lama tiap latihan maka frekuensi perminggu makin sedikit.
Lama latihan mempunyai hubungan terbalik dengan intensitas. Bila intensitas makin tinggi maka lama latihan lebih singkat dan sebaliknya. Untuk mendapatkan efek yang baik dari suetu latihan, tanpa resiko bahay/trauma. lama latihan 15-25 menit setiap hari.

Fase III Latihan Kekuatan Otot dan Daya Tahan (Muscullar Strength and Endurance)
Kekuatan Otot (Muscullar Strength) menggambarkan konstraksi maksimal yang dihasilkan oleh otot atau sekelompok otot.
Daya Tahan (Endurance) menyatakan keadaan yang menekankan pada kapasitas melakukan kerja secara terus menerus dalam suasana aerobik.

Fase IV Kelenturan (Fleksibility)
Kelenturan menyatakan kemungkinan gerak maksimal yang dapat dilakukan oleh suatu persendian. Yang meliputi hubungan antara persendian (tulang yang membentuk sendi), otot, tendo, dan ligament.

Fase V Penenangan (Cooling Down)
Usaha menurunkan kondisi tubuh dari kerja dengan intensitas yang tinggi secar bertahap dan teratur kondisi kembali ke keadaan seperti semula. Waktu yang dibutuhkan antara 5-10 menit sesuai dengan kebutuhan masing-masing individu. Tujuan dari Cooling Down sendiri adalah :
a. Menurunkan kerja jantung/denyut nadi.
b. Mencegah terhentinya aliran darah secara mendadak.
c. Mencegah pemborosan penggunaan tenaga.
Cooling down yang baik adalah dengan tetap melakukan kegiatan fisik dengan intensitas yang paling rendah, diiringi musik yang nyaman yaitu musik dengan maat ¾ atau 4/4 lambat.

PERANAN GURU PENDIDIKAN JASMANI SEBAGAI PENGGERAK OLAHRAGA DI DALAM MASYARAKAT

PERANAN GURU PENDIDIKAN JASMANI SEBAGAI PENGGERAK OLAHRAGA
DI DALAM MASYARAKAT

1. Dalam melaksanakan pengabdian pada masyarakat sebagai tenaga penggerak olahraga, guru pendidikan jasmani dapat memegang peranan diantaranya :
 Motivator
Seorang guru pendidikan jasmani harus mampu memberikan dorongan-dorongan kepada warga masyarakat agar mau melakukan aktivitas olahraga.
 Organisator
Seorang guru pendidikan jasmani harus mampu mengorganisasi waga masyarakat yang akan ikut berpartisipasi dalam kegiatan olahraga agar kegiatan tersebut dapat berjalan dengan baik, tertib dan lancar.
 Sumber belajar
Seorang guru pendidikan jasmani diharapkan dapat menjadi panutan masyarakat, khususnya dalam bidang olahraga itu sendiri.

2. Usaha guru pendidikan jasmani dalam melaksanakan peranan sebagai tenaga penggerak olahraga :
 Usaha guru pendidikan jasmani dalam melaksanakan peranan sebagai motivator, agar warga masyarakat mau melaksanakan aktifitas-aktifitas olahraga adalah dengan jalan membangkitkan motif warga. Berikan penjelasan sejelas-jelasnya tentang manfaat olah raga, misalnya dengan berolahraga badan menjadi sehat, daya tahan tubuh baik, pekerjaan lebih produktif dan lain sebagainya. Cara penyampaiannya adalah :
a) Melalui tokoh-tokoh masyarakat
b) Melalui tatap muka secara langsung. Baik secara perorangan maupun secara masal
 Usaha guru pendidikan jasmani dalam melaksanakan peranan sebagai organisator adalah dengan cara :
a) Mengorganisasi warga masyarakat kedalam beberapa kelompok olahraga sesuai dengan kegemaran dan keinginannya masing-masing.
b) Membentuk susunan pengurus pada masing-masing kelompok olahraga tersebut .
 Usaha guru pendidikan jasmani dalam melaksanakan peranan sebagai sumber belajar adalah dengan :
a) Bekerjasama dengan penilik keolahragaan di kecamatan.
b) Bekerjasama dengan instansi-instansi terkait dalam bidang olahraga.

POPULASI PENELITIAN

POPULASI
Pengertian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek dan subyek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dankemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,1997 : 57)
Menurut Nawawi (1985 : 141) pengertian dari populasi itu adalah totalitas semua nilai yang mungkin, baik hasil menghitung maupun pengukuran kuantitatif maupun kualitatif dari pada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap.
Dari kedua pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa populasi adalah objek maupun subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu dengan masalah penelitian.

Jenis Populasi
Ada dua macam jenis populasi, yaitu populasi terbatas dan populasi tidak terbatas (tak terhingga).
1) Populasi Terbatas
Populasi terbatas mempunyai sumber data yang jelas batasnya secara kuantitatif sehingga dapat dihitung jumlahnya.
Contoh :
a. Jumlah penduduk kota Bandung 2.500.000 jiwa.
b. Jumlah 1000 guru SD di Yogyakarta mengikuti prajabatan.


2) Populasi Tak Terbatas
Populasi tak terbatas yaitu sumber datanya tak dapat ditentukan batas-batasnya sehingga relatif tidak dapat dapat dinyatakan dalam bentuk jumlah.
Contoh :
Suatu percobaan seorang bandar akan melemparkan sepasang dadu sampai tak terhingga kali lemparannya. Maka setiap kali mencatat sepasang bilangan yang muncul akan mendapatkan sepasang nilai yang tak terhingga pula.
Berdasarkan sifatnya populasi dapat digolongkan menjadi populasi homogen dan populasi heterogen.
a. Populasi homogen
Populasi homogen adalah sumber data yang unsurnya memiliki sifat atau keadaan yang sama sehingga tidak perlu mempermasalahkan jumlahnya secara kuantitatif.
b. Populasi heterogen
Populasi heterogen adalah sumber data yang unsurnya memiliki sifat atau keadaan yang berbeda (bervariasi) sehingga perlu ditetapkan batas-batasnya baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif.
Dalam melaksanakan penelitian, walaupun tersedia populasi yang terbatas dan homogen , ada kalanya peneliti tidak melakukan pengumpulan data secara populasi. Tetapi mengambil sebagian dari populasi yang dianggap mewakili populasi (representative).
Hal ini berdasar pertimbangan yang logis, seperti kepraktisan, keterbatasan biaya, waktu, tenaga dan adanya percobaan yang bersifat merusak (destruktif).